Jombang, (Antara Megapolitan) - Seorang pegiat antikorupsi yang berjalan kaki dari Malang menuju arena Muktamar NU Ke-33 di Jombang, Jawa Timur, menyerukan kepada pemimpin organisasi sosial keagamaan itu untuk berani menolak semua perbuatan korupsi.

"Saya sengaja menyuarakan ini pada momentum muktamar agar menjadi komitmen para pemimpin baru NU yang akan mendapat amanah nanti," kata Syamsuddin SE yang singgah ke Kampus Universitas KH Hasyim Asy`ari (Unhasy) Jombang, Jawa Timur, Sabtu.

Ia membawa spanduk dan kaos bertuliskan "NU Sejati Berani Menolak Korupsi" yang diberikan kepada Wakil Rektor Unhasy Prof Dr H Haris Supratno mewakili Pengasuh Ponpes Tebu Ireng KH Salahudin Wahid (Gus Sholah).

Momentum itu juga sempat disaksikan oleh dua Indonesianis yang meneliti NU, yakni Prof Martin van Bruinessen dari Universitas Utrecht, Belanda, dan Prof Emeritus Mitsuo Nakamura dari Universitas Chiba, Jepang.

Kedua Indonesianis itu hadir di Unhasy sebagai narasumber dalam Konferensi Internasional bertema "Menjelang Satu Abad: Quo Vadis NU".

Menurut Syamsuddin, dirinya melakukan aksi itu dengan dukungan Malang Corruption Watch (MCW) dengan harapan menjadi perhatian utama dari para pemimpin NU, yang kemudian dapat disampaikan kepada semua "nahdliyin" yang jumlahnya puluhan juta di Indonesia.

"Jadi, momentum Muktamar NU ini sangat strategis untuk menyuarakan agenda antikorupsi ini," kata pegiat antikorupsi dari Rumah Baca Bumi Pertiwi (RBPP) itu.

Menanggapi hal itu, Wakil Rektor Unhasy Prof Haris Supratno menyambut baik seruan tersebut.

"Tentu bagi pemimpin dan akar rumput NU dapat menjadi komitmen yang baik untuk disambut," kata mantan Rektor Universitas Negeri Surabaya itu.

Ia mengatakan korupsi yang kini menjadi musuh bersama di Indonesia bentuknya tidak hanya berupa mengambil uang rakyat.

"Namun, bisa juga dalam wujud kebijakan pemimpin yang keliru dalam mengambil kebijakan hingga mengakibatkan kerugian negara," katanya.

Oleh karena itu, ia juga sepakat bahwa pada level pemimpin yang dibutuhkan adalah sebuah teladan untuk berbuat tidak korupsi sehingga pada tingkar akar rumput dapat menjadi rujukan.

Pewarta: Andi Jauhari/Edy M Ya`kub

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015