Bogor, (Antara Megapolitan) - Guru Besar Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Prof Sulistiono mengatakan, keberadaan bendungan menganggu alur ruaya ikan payau yang dikhawatirkan akan mempengaruhi populasinya.

"Hampir semua bendungan yang ada di Indonesia tidak memiliki jalur ikannya, ini sangat mempengaruhi, karena jalur ruaya ikan terganggu, sehingga berpengaruh pada populasi ikan khususnya di daerah payau atau estuaria," katanya di Bogor, Jumat.

Ia mengatakan, ada beberapa jenis ikan yang membutuhkan kawasan estuari atau payau, seperti Salmon yang jika musim bertelur, ikan-ikan tersebut akan mengarungi lautan menuju kawasan estuaria hanya untuk memijahkan telurnya.

Beberapa negara sudah menyadari akan keberadaan ikan-ikan yang membutuhkan kawasan estuari (Payau) seperti di Amerika, bendungan yang dibuat di sejumlah sungaipun dilengkapi dengan "slipway" atau jalur buat ikan bisa melintasi pembatas air tersebut.

"Apabila tidak ada jalur lintasan ikan ini, ikan-ikan khusus seperti salmon yang membutuhkan kawasan estuaria, mereka akan terjebak dan tidak dapat menyebrangi bendungan untuk memijah, dan mereka harus beradaptasi karena harus mengkonsumsi planton organizem, akhirnya berpengaruh pada populasinya," kata dia.

Sulistiono mengatakan, dirinya telah melakukan penelitian di lima wilayah yang terdapat kawasan estuari atau payaunya yakni Citarum, Bengawan Solo, Cilacap, Jati Luhur, dan Pelabuhan Ratu.

Kondisi kawasan estuarianya kurang bagus, ada beberapa faktor diantaranya selain bendungan, juga karena adanya pabrik, dan limbah rumah tangga.

Ia menjelaskan, kawasan estuari merupakan wilayah pertemuan antara sungai dan laut. Wilayah ini memiliki tingkat kesuburan yang tinggi, juga rentan terhadap pengaruh lingkungan akibat aktivitas di wilayah sekitar dan wilayah lainnya yang berhubungan erat dengan estuaria tersebut.

"Fluktuasi parameter lingkungan estuari terutama salinitas dan musim menjadi faktor penentu distribusi ikan di wilayah tersebut," katanya.

Setiap musim berganti, komposisi, ukuran dan jumlah ikan yang mendiami wilayah tersebut juga berganti. Pada musim tertentu dijumpai benih/ ikan ukuran besar seperti sidat, lundu, kakap, dan belanak. Sedangkan pada saat yang lain benih atau ikan ukuran besar tersebut berkurang atau bahkan tidak ada.

"Oleh karena itu lingkungan dan perikanan estuari patut diperhatikan secara serius," katanya.

Ia menyebutkan, ikan estuari merupakan salah satu sumber daya perikanan penting yang memiliki potensi gizi yang cukup tinggi. Ikan estuari mempunyai toleransi cukup tinggi terhadap perubahan lingkungan.

Beberapa jenis ikan yang potensial untuk dikembangkan antara lain, ikan baronang (Siganus javus), ikan kakap putih (Lates calcarifer), kan kerapu lumpur (Ephinephelus tauvina), ikan bawal (Pampus argenteus) ikan beloso (Glossogobius giuris), Ikan belodok (Boleophthalmus boddarti), ikan Kipper (Scatophagus argus) dan ikan sembilang (Platossus canius, dan Ikan kedukang (Arius Maculates).

"Potensi tersebut berdasarkan pada pasar yang cukup banyak, benih yang cukup, ketersediaan ikan dalam bentuk segar yang semakin dibutuhkan, dan nilai gizi yang baik serta beberapa jenis ikan yang diperkirakan mengandung bahan bioaktif yang berguna bagi kesehatan masyarakat, seperti taurin," katanya.

Sulistiono menyarankan, ada baiknya pembangunan bendungan yang direncanakan oleh pemerintah saat ini dapat memperhatikan wilayah estuari tersebut, dengan membuat jalur lintasan ikan, sehingga potensi ikan estuari dapat dikembangkan.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015