Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri resmi menyandang gelar Profesor Kehormatan (Guru Besar Tidak Tetap) Ilmu Pertahanan Bidang Kepemimpinan Strategik Fakultas Strategi Pertahanan, Universitas Pertahanan, Bogor, Jawa Barat.
"Prof. Dr. (H.C.) Megawati Soekarnoputri adalah seorang putri terbaik bangsa Indonesia yang telah membuktikan keberhasilan menjadi Wakil Presiden RI tahun 1999-2001 dan selanjutnya sebagai Presiden RI tahun 2001-2004," ujar Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian saat memimpin sidang senat terbuka pengukuhan profesor kehormatan, di Bogor, Jumat.
Baca juga: Sejumlah menteri hadiri sidang pengukuhan gelar Profesor Kehormatan Megawati
Menurutnya, di kalangan pemimpin dunia belum ada seorang wanita dapat menjabat berturut-turut sebagai wakil presiden dan presiden. Kemudian, sejarah dunia mencatat tidak banyak seorang presiden yang juga putri dari seorang presiden sebelumnya.
"Sebagai pemimpin nasional, beliau mampu membawa negara dan bangsa Indonesia melalui masa-masa sulit pascareformasi 1998," kata Amarulla.
Ia menyebutkan bahwa periode kepemimpinan Megawati banyak menerbitkan berbagai kebijakan yang sangat mendukung tugas-tugas Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.
Dalam sidang senat terbuka itu, Megawati memaparkan orasi ilmiah bertajuk "Kepemimpinan Strategik Pada Masa Krisis".
Baca juga: Menhan dampingi Megawati ke sidang pengukuhan gelar profesor (video)
Ia menyatakan, kepemimpinan strategik tidak diukur dari keberhasilan di masa lalu, melainkan harus berkorelasi dengan masa kini, sekaligus melekat tanggung jawab untuk masa depan.
“Kepemimpinan Strategik tidak hanya diukur dari keberhasilan kepemimpinan di masa lalu, namun juga berkorelasi dengan saat ini, dan melekat dengan tanggung jawab pemimpin bagi masa depan,” kata Megawati.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu, lalu menjelaskan bahwa dalam perspektif kekinian, kepemimpinan strategik setidaknya dihadapkan pada tiga perubahan besar yang mendisrupsi kehidupan manusia.
Pertama adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia. Hal ini memunculkan teknologi baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti rekayasa atomik.
Baca juga: Beri Kuliah Umum di Unhan, Mendagri Petakan Tantangan Pertahanan Negara
Kedua, revolusi di bidang genetika, yang bisa mengubah keseluruhan landscape tentang kehidupan ke arah yang tidak bisa dibayangkan dampaknya, manakala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dijauhkan dari nilai kemanusiaan.
Ketiga adalah kemajuan di bidang teknologi realitas virtual. Di mana seseorang dapat menikmati pengembaraan ke seluruh pelosok dunia, bahkan ke luar angkasa tanpa meninggalkan rumahnya sama sekali.
Megawati mengatakan ketiga perubahan tersebut hadir dalam realitas dunia yang masih diwarnai berbagai bentuk ketidakadilan akibat praktik “penjajahan gaya baru”, tapi tetap pada esensi yang sama. Yakni perang hegemoni, perebutan sumber daya alam, dan perebutan pasar, diikuti daya rusak lingkungan yang semakin besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
"Prof. Dr. (H.C.) Megawati Soekarnoputri adalah seorang putri terbaik bangsa Indonesia yang telah membuktikan keberhasilan menjadi Wakil Presiden RI tahun 1999-2001 dan selanjutnya sebagai Presiden RI tahun 2001-2004," ujar Rektor Universitas Pertahanan Laksamana Madya TNI Amarulla Octavian saat memimpin sidang senat terbuka pengukuhan profesor kehormatan, di Bogor, Jumat.
Baca juga: Sejumlah menteri hadiri sidang pengukuhan gelar Profesor Kehormatan Megawati
Menurutnya, di kalangan pemimpin dunia belum ada seorang wanita dapat menjabat berturut-turut sebagai wakil presiden dan presiden. Kemudian, sejarah dunia mencatat tidak banyak seorang presiden yang juga putri dari seorang presiden sebelumnya.
"Sebagai pemimpin nasional, beliau mampu membawa negara dan bangsa Indonesia melalui masa-masa sulit pascareformasi 1998," kata Amarulla.
Ia menyebutkan bahwa periode kepemimpinan Megawati banyak menerbitkan berbagai kebijakan yang sangat mendukung tugas-tugas Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI.
Dalam sidang senat terbuka itu, Megawati memaparkan orasi ilmiah bertajuk "Kepemimpinan Strategik Pada Masa Krisis".
Baca juga: Menhan dampingi Megawati ke sidang pengukuhan gelar profesor (video)
Ia menyatakan, kepemimpinan strategik tidak diukur dari keberhasilan di masa lalu, melainkan harus berkorelasi dengan masa kini, sekaligus melekat tanggung jawab untuk masa depan.
“Kepemimpinan Strategik tidak hanya diukur dari keberhasilan kepemimpinan di masa lalu, namun juga berkorelasi dengan saat ini, dan melekat dengan tanggung jawab pemimpin bagi masa depan,” kata Megawati.
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu, lalu menjelaskan bahwa dalam perspektif kekinian, kepemimpinan strategik setidaknya dihadapkan pada tiga perubahan besar yang mendisrupsi kehidupan manusia.
Pertama adalah perubahan pada tataran kosmik sebagai bauran kemajuan luar biasa ilmu fisika, biologi, matematika, dan kimia. Hal ini memunculkan teknologi baru yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya seperti rekayasa atomik.
Baca juga: Beri Kuliah Umum di Unhan, Mendagri Petakan Tantangan Pertahanan Negara
Kedua, revolusi di bidang genetika, yang bisa mengubah keseluruhan landscape tentang kehidupan ke arah yang tidak bisa dibayangkan dampaknya, manakala perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dijauhkan dari nilai kemanusiaan.
Ketiga adalah kemajuan di bidang teknologi realitas virtual. Di mana seseorang dapat menikmati pengembaraan ke seluruh pelosok dunia, bahkan ke luar angkasa tanpa meninggalkan rumahnya sama sekali.
Megawati mengatakan ketiga perubahan tersebut hadir dalam realitas dunia yang masih diwarnai berbagai bentuk ketidakadilan akibat praktik “penjajahan gaya baru”, tapi tetap pada esensi yang sama. Yakni perang hegemoni, perebutan sumber daya alam, dan perebutan pasar, diikuti daya rusak lingkungan yang semakin besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021