Batu (Antara Megapolitan) - Sejumlah wisatawan yang menikmati masa libur Lebaran di Kota Batu, Jawa Timur minati kuliner baru yakni Wingko Apel, sejenis kue berbentuk bundar yang ada di Depot Harum Manis, Jalan Raya Mojorejo 67 wilayah setempat.

Salah satu penjual Veri, Rabu mengatakan permintaan terhadap wingko berbahan dasar dari buah khas wilayah itu sangat tinggi, khususnya pada libur Lebaran, bahkan wingko yang disajikan secara langsung dalam keadaan hangat itu selalu habis pada siang hari.

"Kalau pada hari biasa wingko selalu habis pada malam hari, bahkan pernah tidak habis, sehingga bahan dasar kita buat lagi untuk besoknya. Namun pada momen libur Lebaran ini sudah habis sejak siang hari," ucapnya.

Ia mengatakan, peminat wingko apel mayoritas adalah warga dari luar Kota Batu, seperti Surabaya, Bojonegoro dan sebagian wisatawan dari Jawa Tengah yang sedang berkunjung ke Kota Batu.

"Rata-rata mereka penasaran, dan pertama beli satu dengan harga Rp3.000, lalu kemudian beli satu paket yang berisi 10 biji dengan harga Rp30 ribu," tuturnya.

Veri mengaku tidak membuka cabang penjualan wingko apel selain di kawasan Mojorejo, sebab wingko tidak dikemas khusus seperti oleh-oleh khas lainnya, seperti Keripik Apel atau Sari Apel.

"Selain di sini tidak ada mas, dan kita menjual tidak secara kemasan instan seperti oleh-oleh Kota Batu lainnya, karena kita menjual secara langsung dalam keadaan hangat," ucapnya.

Sementara salah satu wisatawan asal Bekasi, Daud mengaku sempat penasaran dengan wingko berbahan dasar apel, sebab kebanyakan wingko yang dikenal adalah berbahan dasar beras ketan dan gula.

"Yang paling terkenal wingko itu terbuat dari kelapa muda, tepung beras ketan dan gula. Wingko sangat terkenal di pantai utara Pulau Jawa, seperti di Babat Lamongan, Jawa Timur," ujarnya.

Meski demikian, Daud mengaku rasa yang ditawarkan wingko apel berbeda, sebab ada rasa apel saat dikunyah, sehingga mempunyai perbedaan dengan wingko yang ada pada umumnya.

"Ini adalah salah satu keanekaragaman makanan Indonesia, dan patut diapresiasi menjadi makanan yang sehat, sehingga bisa bersaing dengan makanan dari berbagai negara," tukasnya.

   

Pewarta: Abdul Malik Ibrahim

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015