Emas menguat lagi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang kenaikan untuk hari keenam berturut-turut, didorong oleh penurunan dolar dan imbal hasil (yield) obligasi AS saat investor mengabaikan petunjuk Federal Reserve tentang kemungkinan tapering langkah-langkah dukungan ekonomi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terkerek 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi ditutup pada 1.881,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (19/5), emas berjangka terangkat 13,5 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.881,50 dolar AS.
Emas berjangka naik 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.868 dolar AS pada Selasa (18/5), setelah melambung 29,5 dolar AS atau 1,6 persen menjadi 1.867,60 dolar AS pada Senin (17/5), serta meningkat dua hari sebelumnya masing-masing 14,1 dolar AS atau 0,77 persen dan 1,2 dolar AS atau 0,07 persen.
Risalah pertemuan Fed menunjukkan "sejumlah" pejabat berpikir bahwa jika pemulihan bertahan, mungkin tepat untuk "mulai membahas rencana untuk menyesuaikan laju pembelian aset."
Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi AS
Risalah Fed pada Rabu (19/5) adalah "secara efektif pengenalan pertama dari pembicaraan resmi tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi)... tetapi emas naik, didorong oleh fakta bahwa kami telah melihat imbal hasil dan dolar sedikit berbalik," kata Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities.
"Pandangan di luar sana adalah meskipun The Fed berbicara tentang tapering, pada kenyataannya, sangat tidak mungkin bahwa kami akan segera mengurangi akomodasi moneter," tambah Melek.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun yang dijadikan acuan melemah, sementara indeks dolar turun, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Emas juga menemukan dukungan tambahan ketika indeks aktivitas bisnis Federal Reserve Philadelphia turun menjadi 31,5 pada Mei dari level tertinggi hampir 50 tahun di 50,2 pada April, lebih buruk dari yang diharapkan.
Jika pengetatan moneter akhirnya dilakukan oleh Fed akan menghilangkan daya tarik emas karena itu diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih tinggi untuk memegang aset-aset non-imbal hasil.
Kenaikan emas terjadi meskipun jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran menurun.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (20/5) bahwa 444.000 orang mengajukan klaim pengangguran awal dalam pekan yang berakhir 15 Mei, lebih baik dari yang diperkirakan dan peningkatan dari 478.000 klaim pada minggu sebelumnya.
Ekspektasi inflasi mendukung pasar logam, kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
“Masalah inflasi harga telah menjadi elemen bullish untuk pasar logam karena investor akan membeli aset keras seperti logam sebagai lindung nilai terhadap inflasi,” tambah Wyckoff.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 4,2 sen atau 0,15 persen menjadi ditutup pada 28,067 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 3,4 dolar AS atau 0,28 persen menjadi ditutup pada 1.205 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terkerek 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi ditutup pada 1.881,90 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (19/5), emas berjangka terangkat 13,5 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.881,50 dolar AS.
Emas berjangka naik 0,4 dolar AS atau 0,02 persen menjadi 1.868 dolar AS pada Selasa (18/5), setelah melambung 29,5 dolar AS atau 1,6 persen menjadi 1.867,60 dolar AS pada Senin (17/5), serta meningkat dua hari sebelumnya masing-masing 14,1 dolar AS atau 0,77 persen dan 1,2 dolar AS atau 0,07 persen.
Risalah pertemuan Fed menunjukkan "sejumlah" pejabat berpikir bahwa jika pemulihan bertahan, mungkin tepat untuk "mulai membahas rencana untuk menyesuaikan laju pembelian aset."
Baca juga: Rupiah akhir pekan menguat seiring dengan turunnya imbal hasil obligasi AS
Risalah Fed pada Rabu (19/5) adalah "secara efektif pengenalan pertama dari pembicaraan resmi tentang tapering (pengurangan pembelian obligasi)... tetapi emas naik, didorong oleh fakta bahwa kami telah melihat imbal hasil dan dolar sedikit berbalik," kata Bart Melek, kepala analis komoditas di TD Securities.
"Pandangan di luar sana adalah meskipun The Fed berbicara tentang tapering, pada kenyataannya, sangat tidak mungkin bahwa kami akan segera mengurangi akomodasi moneter," tambah Melek.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10-tahun yang dijadikan acuan melemah, sementara indeks dolar turun, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Emas juga menemukan dukungan tambahan ketika indeks aktivitas bisnis Federal Reserve Philadelphia turun menjadi 31,5 pada Mei dari level tertinggi hampir 50 tahun di 50,2 pada April, lebih buruk dari yang diharapkan.
Jika pengetatan moneter akhirnya dilakukan oleh Fed akan menghilangkan daya tarik emas karena itu diterjemahkan ke dalam peluang kerugian yang lebih tinggi untuk memegang aset-aset non-imbal hasil.
Kenaikan emas terjadi meskipun jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran menurun.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (20/5) bahwa 444.000 orang mengajukan klaim pengangguran awal dalam pekan yang berakhir 15 Mei, lebih baik dari yang diperkirakan dan peningkatan dari 478.000 klaim pada minggu sebelumnya.
Ekspektasi inflasi mendukung pasar logam, kata analis senior Kitco Metals, Jim Wyckoff.
“Masalah inflasi harga telah menjadi elemen bullish untuk pasar logam karena investor akan membeli aset keras seperti logam sebagai lindung nilai terhadap inflasi,” tambah Wyckoff.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli naik 4,2 sen atau 0,15 persen menjadi ditutup pada 28,067 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli naik 3,4 dolar AS atau 0,28 persen menjadi ditutup pada 1.205 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021