Emas menetap sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), berbalik menguat dari kerugian sehari sebelumnya karena penurunan imbal hasil obligasi AS di tengah kekhawatiran inflasi mendukung daya tarik logam mulia sebagai lindung nilai inflasi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, bangkit 1,2 dolar AS atau 0,07 persen menjadi ditutup pada 1.824,00 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (12/5/2021), emas berjangka jatuh 13,3 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.822,8 dolar AS.
Emas berjangka turun 1,5 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.836,10 dolar AS pada Selasa (11/5/2021), setelah terangkat 6,3 dolar AS atau 0,34 persen menjadi 1.837,60 dolar AS pada Senin (10/5/2021), penyelesaian teraktif tertinggi sejak 10 Februari.
"Semua angka inflasi secara positif mempengaruhi harga emas dan momentumnya kemungkinan akan terus berlanjut," kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.
Baca juga: Nilai tukar Rupiah berpotensi melemah tertekan kekhawatiran kenaikan inflasi AS
Data menunjukkan lebih sedikit warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu. Sedangkan harga-harga produsen meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan pada April.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (13/5/2021) bahwa indeks harga produsen (PPI) naik 0,6 persen pada April. Sementara itu, inflasi harga grosir AS melonjak 6,2 persen di bulan sama secara tahun ke tahun, rekor tertinggi.
Ini mengikuti data Rabu (12/5/2021) yang menunjukkan harga-harga konsumen AS melonjak paling tinggi dalam hampir 12 tahun bulan lalu, yang mengangkat kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan kemungkinan kenaikan suku bunga.
Namun, Federal Reserve telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah sampai ekonomi mencapai lapangan kerja penuh dan inflasi mencapai 2,0 persen dan berada di jalur untuk "secara moderat" melebihi tingkat itu untuk beberapa waktu.
"Penurunan emas tetap menjadi peluang pembelian," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
"Kami berada dalam kondisi fundamental yang kuat untuk melalui pemulihan ekonomi bersama dengan tingkat suku bunga yang sangat rendah yang menciptakan tekanan inflasi di pasar."
Baca juga: Kurs Rupiah ditutup stagnan jelang libur Idul Fitri
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan sebagai acuan melemah setelah empat hari berturut-turut mencatat kenaikan.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap potensi inflasi yang dipicu oleh stimulus yang meluas, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah yang tinggi telah menurunkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil tahun ini.
Investor sekarang menunggu data penjualan ritel AS pada Jumat waktu setempat.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 18,5 sen atau 0,68 persen menjadi ditutup pada 27,05 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 19,4 dolar AS atau 1,58 persen menjadi ditutup pada 1.206,5 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, bangkit 1,2 dolar AS atau 0,07 persen menjadi ditutup pada 1.824,00 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Rabu (12/5/2021), emas berjangka jatuh 13,3 dolar AS atau 0,72 persen menjadi 1.822,8 dolar AS.
Emas berjangka turun 1,5 dolar AS atau 0,08 persen menjadi 1.836,10 dolar AS pada Selasa (11/5/2021), setelah terangkat 6,3 dolar AS atau 0,34 persen menjadi 1.837,60 dolar AS pada Senin (10/5/2021), penyelesaian teraktif tertinggi sejak 10 Februari.
"Semua angka inflasi secara positif mempengaruhi harga emas dan momentumnya kemungkinan akan terus berlanjut," kata Jeffrey Sica, pendiri Circle Squared Alternative Investments.
Baca juga: Nilai tukar Rupiah berpotensi melemah tertekan kekhawatiran kenaikan inflasi AS
Data menunjukkan lebih sedikit warga Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran minggu lalu. Sedangkan harga-harga produsen meningkat lebih tinggi dari yang diperkirakan pada April.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (13/5/2021) bahwa indeks harga produsen (PPI) naik 0,6 persen pada April. Sementara itu, inflasi harga grosir AS melonjak 6,2 persen di bulan sama secara tahun ke tahun, rekor tertinggi.
Ini mengikuti data Rabu (12/5/2021) yang menunjukkan harga-harga konsumen AS melonjak paling tinggi dalam hampir 12 tahun bulan lalu, yang mengangkat kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan kemungkinan kenaikan suku bunga.
Namun, Federal Reserve telah berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah sampai ekonomi mencapai lapangan kerja penuh dan inflasi mencapai 2,0 persen dan berada di jalur untuk "secara moderat" melebihi tingkat itu untuk beberapa waktu.
"Penurunan emas tetap menjadi peluang pembelian," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
"Kami berada dalam kondisi fundamental yang kuat untuk melalui pemulihan ekonomi bersama dengan tingkat suku bunga yang sangat rendah yang menciptakan tekanan inflasi di pasar."
Baca juga: Kurs Rupiah ditutup stagnan jelang libur Idul Fitri
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan sebagai acuan melemah setelah empat hari berturut-turut mencatat kenaikan.
Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap potensi inflasi yang dipicu oleh stimulus yang meluas, meskipun imbal hasil obligasi pemerintah yang tinggi telah menurunkan daya tarik emas yang tidak memberikan imbal hasil tahun ini.
Investor sekarang menunggu data penjualan ritel AS pada Jumat waktu setempat.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 18,5 sen atau 0,68 persen menjadi ditutup pada 27,05 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli turun 19,4 dolar AS atau 1,58 persen menjadi ditutup pada 1.206,5 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021