(REUTERS) - India pada Kamis mencatat rekor 314.835 kasus baru COVID-19 dalam sehari, lonjakan harian tertinggi di dunia, saat gelombang kedua negara itu dan lonjakan serupa di mana pun kembali meningkatkan kekhawatiran virus corona.
Rumah sakit di India utara dan barat, termasuk ibu kota New Delhi, mengeluarkan peringatan bahwa mereka hanya mempunyai beberapa jam oksigen medis yang dibutuhkan untuk menjaga pasien COVID agar tetap bertahan.
Menurut data pemerintah New Delhi, lebih dari dua pertiga rumah sakit tidak mempunyai tempat tidur kosong dan dokter mengimbau agar pasien tetap berada di rumah.
"COVID-19 menjadi krisis kesehatan di India yang menyebabkan sistem kesehatan ambruk," tulis Krutika Kuppalli, asisten profesor di Divisi Penyakit Menular, Medical University of South Carolina (MUSC) Amerika Serikat di Twitter.
Baca juga: India laporkan korban meninggal karena COVID-19 dalam sehari capai lebih dari 2.000 orang
Rekor lonjakan kasus COVID sebelumnya dipegang oleh AS, yakni 297.430 kasus sehari pada Januari, meski sejak saat itu jumlahnya menurun tajam.
Kasus COVID di India kini mencapai 15,93 juta, dengan total 184.657 kematian, termasuk 2.104 kematian baru, menurut data kementerian.
Tayangan televisi memperlihatkan orang-orang dengan tabung oksigen kosong memadati fasilitas pengisian ulang di negara bagian terpadat Uttar Pradesh saat mereka bergegas menyelamatkan kerabat mereka di rumah sakit.
"Kami tidak pernah membayangkan gelombang kedua akan menghantam kami dengan keras," tulis Kiran Mazumdar Shaw, pimpinan eksekutif perusahaan layanan kesehatan India Biocon & Biocon Biologics, di Economic Times.
"Kecerobohan menyebabkan krisis medis, pasokan obat dan tempat tidur rumah sakit yang tak terduga."
Baca juga: India kembali laporkan rekor lonjakan 217.353 kasus COVID-19
India telah meluncurkan program vaksinasi COVID, namun hanya sedikit populasi yang sudah menerimanya.
Otoritas mengumumkan bahwa vaksin akan tersedia bagi mereka yang berusia di atas 18 tahun mulai 1 Mei, tetap India belum memiliki dosis cukup untuk 600 juta orang yang akan memenuhi syarat vaksinasi, menurut pakar.
Pakar kesehatan mengatakan India sudah lalai ketika virus tampaknya terkendali selama musim dingin, saat tercatat sekitar 10.000 kasus baru sehari dan ketika pihaknya mencabut pembatasan COVID yang memungkinkan pertemuan besar.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi menuai kritikan lantaran menggelar rapat umum politik untuk pemilu daerah dan mengizinkan festival agama, di mana jutaan orang berkumpul.
Baca juga: Seorang petugas kebersihan menerima vaksin COVID-19 pertama di India
Pada Kamis masyarakat di negara bagian West Bengal memberikan suaranya untuk pemilihan majelis, di mana Modi ikut berkampanye.
"Ini adalah pesta demokrasi dan semua orang berpartisipasi. Anda bisa lihat antreannya," kata Krishna Kalyan, kandidat dari Partai Bharatiya Janata berkuasa pimpinan Modi.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Rumah sakit di India utara dan barat, termasuk ibu kota New Delhi, mengeluarkan peringatan bahwa mereka hanya mempunyai beberapa jam oksigen medis yang dibutuhkan untuk menjaga pasien COVID agar tetap bertahan.
Menurut data pemerintah New Delhi, lebih dari dua pertiga rumah sakit tidak mempunyai tempat tidur kosong dan dokter mengimbau agar pasien tetap berada di rumah.
"COVID-19 menjadi krisis kesehatan di India yang menyebabkan sistem kesehatan ambruk," tulis Krutika Kuppalli, asisten profesor di Divisi Penyakit Menular, Medical University of South Carolina (MUSC) Amerika Serikat di Twitter.
Baca juga: India laporkan korban meninggal karena COVID-19 dalam sehari capai lebih dari 2.000 orang
Rekor lonjakan kasus COVID sebelumnya dipegang oleh AS, yakni 297.430 kasus sehari pada Januari, meski sejak saat itu jumlahnya menurun tajam.
Kasus COVID di India kini mencapai 15,93 juta, dengan total 184.657 kematian, termasuk 2.104 kematian baru, menurut data kementerian.
Tayangan televisi memperlihatkan orang-orang dengan tabung oksigen kosong memadati fasilitas pengisian ulang di negara bagian terpadat Uttar Pradesh saat mereka bergegas menyelamatkan kerabat mereka di rumah sakit.
"Kami tidak pernah membayangkan gelombang kedua akan menghantam kami dengan keras," tulis Kiran Mazumdar Shaw, pimpinan eksekutif perusahaan layanan kesehatan India Biocon & Biocon Biologics, di Economic Times.
"Kecerobohan menyebabkan krisis medis, pasokan obat dan tempat tidur rumah sakit yang tak terduga."
Baca juga: India kembali laporkan rekor lonjakan 217.353 kasus COVID-19
India telah meluncurkan program vaksinasi COVID, namun hanya sedikit populasi yang sudah menerimanya.
Otoritas mengumumkan bahwa vaksin akan tersedia bagi mereka yang berusia di atas 18 tahun mulai 1 Mei, tetap India belum memiliki dosis cukup untuk 600 juta orang yang akan memenuhi syarat vaksinasi, menurut pakar.
Pakar kesehatan mengatakan India sudah lalai ketika virus tampaknya terkendali selama musim dingin, saat tercatat sekitar 10.000 kasus baru sehari dan ketika pihaknya mencabut pembatasan COVID yang memungkinkan pertemuan besar.
Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi menuai kritikan lantaran menggelar rapat umum politik untuk pemilu daerah dan mengizinkan festival agama, di mana jutaan orang berkumpul.
Baca juga: Seorang petugas kebersihan menerima vaksin COVID-19 pertama di India
Pada Kamis masyarakat di negara bagian West Bengal memberikan suaranya untuk pemilihan majelis, di mana Modi ikut berkampanye.
"Ini adalah pesta demokrasi dan semua orang berpartisipasi. Anda bisa lihat antreannya," kata Krishna Kalyan, kandidat dari Partai Bharatiya Janata berkuasa pimpinan Modi.
Sumber: Reuters
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021