Jakarta (Antara Megapolitan) - Presiden Joko Widodo menunjuk Duta Besar Eddy Pratomo sebagai utusan khusus untuk menangani percepatan proses penetapan batas wilayah maritim antara Indonesia dan Malaysia, demikian keterangan pers Kementerian Luar Negeri yang diterima di Jakarta, Kamis.
Penunjukan utusan khusus itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden RI dan Perdana Menteri Malaysia pada kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Malaysia, 5-7 Februari serta pertemuan Menlu RI dan Menlu Malaysia di Kota Kinabalu pada 25-28 Januari.
Kedua pertemuan tersebut juga dilakukan dalam upaya mempercepat penyelesaian penetapan batas wilayah maritim antara Indonesia dan Malaysia.
Sesuai kesepakatan antara pemimpin kedua negara, tugas utusan khusus adalah memberikan pertimbangan politis, selain pertimbangan hukum dan teknis, dalam penyelesaian batas maritim kedua negara.
Sejauh ini, Indonesia dan Malaysia masih perlu menyelesaikan batas maritim di lima area, yaitu di Laut Sulawesi, Laut Tiongkok Selatan, Selat Singapura bagian Timur, Selat Malaka bagian Selatan, dan Selat Malaka.
Utusan Khusus Presiden RI Eddy Pratomo akan segera bertemu dengan Utusan Khusus Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman untuk
membahas kerangka acuan kerja yang disepakati bersama dalam waktu dekat.
Duta Besar Eddy Pratomo adalah diplomat senior Indonesia dengan latar belakang pendidikan hukum. Eddy pernah ditugaskan pada Perwakilan RI yang menangani isu bilateral dan multilateral.
Selain pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri pada 2006-2009, Dubes Eddy Pratomo juga pernah menjadi Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman (tahun 2009-2013).
Saat ini Eddy menjabat sebagai Staf Khusus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Utusan Khusus Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman, merupakan diplomat senior Malaysia yang pernah ditugaskan pada Perwakilan Malaysia untuk urusan bilateral dan multilateral.
Selain pernah menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Malaysia, Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman juga pernah menjadi Duta Besar Malaysia untuk Vietnam dan Jepang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Penunjukan utusan khusus itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan Presiden RI dan Perdana Menteri Malaysia pada kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Malaysia, 5-7 Februari serta pertemuan Menlu RI dan Menlu Malaysia di Kota Kinabalu pada 25-28 Januari.
Kedua pertemuan tersebut juga dilakukan dalam upaya mempercepat penyelesaian penetapan batas wilayah maritim antara Indonesia dan Malaysia.
Sesuai kesepakatan antara pemimpin kedua negara, tugas utusan khusus adalah memberikan pertimbangan politis, selain pertimbangan hukum dan teknis, dalam penyelesaian batas maritim kedua negara.
Sejauh ini, Indonesia dan Malaysia masih perlu menyelesaikan batas maritim di lima area, yaitu di Laut Sulawesi, Laut Tiongkok Selatan, Selat Singapura bagian Timur, Selat Malaka bagian Selatan, dan Selat Malaka.
Utusan Khusus Presiden RI Eddy Pratomo akan segera bertemu dengan Utusan Khusus Perdana Menteri Malaysia Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman untuk
membahas kerangka acuan kerja yang disepakati bersama dalam waktu dekat.
Duta Besar Eddy Pratomo adalah diplomat senior Indonesia dengan latar belakang pendidikan hukum. Eddy pernah ditugaskan pada Perwakilan RI yang menangani isu bilateral dan multilateral.
Selain pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional Kementerian Luar Negeri pada 2006-2009, Dubes Eddy Pratomo juga pernah menjadi Duta Besar RI untuk Republik Federal Jerman (tahun 2009-2013).
Saat ini Eddy menjabat sebagai Staf Khusus Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Utusan Khusus Perdana Menteri Malaysia, Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman, merupakan diplomat senior Malaysia yang pernah ditugaskan pada Perwakilan Malaysia untuk urusan bilateral dan multilateral.
Selain pernah menjabat Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Malaysia, Tan Sri Mohd Radzi Abdul Rahman juga pernah menjadi Duta Besar Malaysia untuk Vietnam dan Jepang.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015