Washington (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolotan) - Virus Ebola yang beredar di Afrika Barat selama satu tahun belakangan mematikan tapi tidak memperlihatkan tanda bahwa virus itu lebih berbahaya dibandingkan dengan yang muncul pada 1976, kata satu studi yang disiarkan pada Selasa (9/6).
Malah para peneliti dari US National Institutes of Health (NIH) mendapati kemampuan rangkaian saat ini, yang disebut Makona, mungkin telah "merosot untuk menyebar penyakit" pada contoh hewan dibandingkan dengan rangkaian Mayinga --yang diisolasi di Afrika Tengah pada 1976.
Pada model hewan kera pemakan kepiting (kera cynomolgus), rangkaian saat ini, masih ada di Sierra Leone dan Guinea, rata-rata memerlukan waktu dua hari lebih lama untuk menyebabkan penyakit mematikan ketika dibandingkan dengan rangkaian pada 1976, kata mereka.
Hasil tersebut memberi informasi penting kepada para ilmuwan, sebab mereka bertanya-tanya apakah virus Ebola di Afrika Barat menjadi lebih kuat, kata para peneliti NIH di jurnal AS Emerging Infectious Disease.
Di dalam studi baru tersebut, para peneliti menularkan kera cynomolgus dengan tangkaian virus Ebola 1976 dan tiga lagi dengan rangkaian baru itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Meskipun terjadi penyebaran virus pada kedua kelompok tersebut setelah semua hewan itu ditulari, kera yang ditulari rangkaian 1976 terserang ruam pada hari keempat dan menjadi sakit parah pada hari kelima dan keenam.
Kera yang ditulari rangkaian saat ini tidak terserang ruam sampai enam hari setelah disuntikkan, dan penyakit parah muncul pada hari ketujuh dan delapan.
Selain itu, kerusakan liver --ciri khas penyakit Ebola-- tertunda sampai sekitar dua hari pada kelompok yang ditulari rangkaian saat ini dibandingkan dengan kelompok yang ditulari rangkaian 1976.
Pada manusia, wabah saat ini --yang telah menewaskan lebih dari 11.000 orang-- memiliki angka kasus kematian 50 persen, sedangkan wabah 1976 memiliki angka kasus kematian 90 persen.
"Tampaknya wajar untuk menyimpulkan bahwa kekuatan rangkaian virus dari Afrika Barat pada kera tidak meningkat dibandingkan dengan rangkaian lain EBOV (virus Ebola)," tulis para peneliti tersebut.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Malah para peneliti dari US National Institutes of Health (NIH) mendapati kemampuan rangkaian saat ini, yang disebut Makona, mungkin telah "merosot untuk menyebar penyakit" pada contoh hewan dibandingkan dengan rangkaian Mayinga --yang diisolasi di Afrika Tengah pada 1976.
Pada model hewan kera pemakan kepiting (kera cynomolgus), rangkaian saat ini, masih ada di Sierra Leone dan Guinea, rata-rata memerlukan waktu dua hari lebih lama untuk menyebabkan penyakit mematikan ketika dibandingkan dengan rangkaian pada 1976, kata mereka.
Hasil tersebut memberi informasi penting kepada para ilmuwan, sebab mereka bertanya-tanya apakah virus Ebola di Afrika Barat menjadi lebih kuat, kata para peneliti NIH di jurnal AS Emerging Infectious Disease.
Di dalam studi baru tersebut, para peneliti menularkan kera cynomolgus dengan tangkaian virus Ebola 1976 dan tiga lagi dengan rangkaian baru itu, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi. Meskipun terjadi penyebaran virus pada kedua kelompok tersebut setelah semua hewan itu ditulari, kera yang ditulari rangkaian 1976 terserang ruam pada hari keempat dan menjadi sakit parah pada hari kelima dan keenam.
Kera yang ditulari rangkaian saat ini tidak terserang ruam sampai enam hari setelah disuntikkan, dan penyakit parah muncul pada hari ketujuh dan delapan.
Selain itu, kerusakan liver --ciri khas penyakit Ebola-- tertunda sampai sekitar dua hari pada kelompok yang ditulari rangkaian saat ini dibandingkan dengan kelompok yang ditulari rangkaian 1976.
Pada manusia, wabah saat ini --yang telah menewaskan lebih dari 11.000 orang-- memiliki angka kasus kematian 50 persen, sedangkan wabah 1976 memiliki angka kasus kematian 90 persen.
"Tampaknya wajar untuk menyimpulkan bahwa kekuatan rangkaian virus dari Afrika Barat pada kera tidak meningkat dibandingkan dengan rangkaian lain EBOV (virus Ebola)," tulis para peneliti tersebut.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015