Bogor, (Antara Megapolitan) - Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Bogor, Jawa Barat, mencatat jumlah anak jalanan yang menjadi pengemis dan pengamen di kota tersebut mencapai 287 anak.

"Dari 287 orang itu, 187 anak jalan berasal dari wilayah Bogor yang kita data di kelurahan yang menjadi kantong-kantong kemiskinan, sisanya berasal dari luar Bogor," kata Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kota Bogor, Annas Rasmana, di Bogor, Rabu.

Annas mengatakan, jumlah anak jalanan yang terdata diperoleh dari hasil operasi penjaringan. Juga dari razia yang dilakukan pihaknya dan juga anggota Satpol PP di sejumlah titik yang menjadi tempat mangkal anak-anak jalanan tersebut seperti Tugu Kujang, Ekalokasari, Warung Jambu, Sholis Iskandar, lampu merah Terminal Baranangsiang dan simpang Lodaya.

Menurut Annas, jumlah anak jalanan tersebut bisa lebih dari yang terdata karena keberadaannya yang datang dan pergi, terutama saat Ramadhan dan menjelang Lebaran akan bertambah.

"Ada yang menetap ada juga yang musiman, muncul saat bulan puasa atau jelang lebaran," katanya.

Ia mengatakan, penanganan anak jalanan oleh Pemerintah Kota Bogor dilakukan dengan melaksanakan penertiban. Mereka yang terjaring operasi didata, diberikan pendampingan dan pembinaan agar tidak lagi turun ke jalan.

"Persoalannya kita belum memiliki rumah singgah untuk anak-anak jalanan ini, sehingga pembinaan dan pendampingan yang diberikan tidak bisa secara total," katanya.

Dikatakannya, Dinsosnakertrans memiliki program "goes to shcool" bagi anak-anak jalanan yang masih usia sekolah, sedangkan yang sudah remaja diberikan pelatihan keterampilan seperti pembuatan telur asin, budi daya jamur dan menjahit.

"Memang tidak semua anak jalanan dapat kita tampung untuk diberikan pendampingan dan pelatihan. Kita melibatkan komunitas untuk memberikan pendampingan kepada anak-anak jalan ini," katanya.

Annas mengatakan, Dinsosnakertrans menjalin kerja sama dengan sejumlah komunitas di Kota Bogor untuk membantu penanganan masalah anak jalanan, dengan mengurangi jumlahnya dan menumbuhkan kesadaran untuk tetap bersekolah.

Komunitas Peduli Pendidikan Anak Jalanan (KOPPAJA) di bawah naungan Yayasan Pendidikan Anak Jalanan, salah satu komunitas yang menjadi mitra Pemerintah Kota Bogor dalam menangani masalah pendidikan anak jalanan.

"Rata-rata hampir semua anak jalanan yang ada di Kota Bogor ini bersekolah, hanya saja karena persoalan ekonomi, memaksa mereka putus sekolah sehingga membuat mereka harus turun ke jalan untuk mendapatkan uang," kata Ketua Yayasan Pendidikan Mata Pena (YPMP) Syafei.

Syafei mengatakan sejak berdiri enam tahun silam KOPPAJA konsisten memberikan pendampingan kepada anak jalanan di Kota Bogor. Saat ini terdapat 80 anak jalanan di bawah pendampingan relawan KOPPAJA.

"KOPPAJA memberikan pendampingan akademis, religi, dan berkreativitas. Lima hari dalam seminggu relawan memberikan pendampingan, seperti mengerjakan PR sekolah, bahasa Inggris, belajar shalat dan mengaji, dan ada hari khusus untuk mendengarkan curhat anak-anak jalanan," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015