Bogor, (Antara Megapolitan) - Tradisi "Ngumbah" atau mencuci Tugu Kujang yang digelar menjelang peringatan Hari Jadi Bogor (HJB) telah berlangsung sejak tahun 1990 sebagai wujud kecintaan masyarakat Kota Bogor, khususnya pemuda pencinta alam dalam merawat dan menjaga simbol wilayah tersebut.

"Ngumbah Tugu Kujang ini telah menjadi tradisi yang sudah berlangsung sejak tahun 1990-an. Hingga kini kegiatan membersihkan Tugu Kujang masih terus dilakukan, sebagai tanda cinta kami para pencinta alam kepada Bogor," kata Adi Nuryadi, panitia Ngumbah Tugu Kujang, saat ditemui di lokasi kegiatan di Bogor, Kamis.

Adi menjelaskan, kegiatan "Ngumbah" Tugu Kujang kali ini melibatkan 30 orang peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa, pelajar dan pencinta alam dari Kota Bogor. Membersihkan tugu setinggi kurang lebih 26 meter tersebut membutuhkan waktu lima hari, yang dimulai sejak Minggu (24/5) dan berakhir hari ini 28 Mei.

"Kegiatan Ngumbah Tugu Kujang pertama kali diprakarsai oleh komunitas pencinta alam Geologi Adventure. Tradisi itu dilanjutkan oleh DAMAS dan Setradaksa, hingga kini sudah menjadi tradisi setiap memperingati HJB," katanya.

Ia mengatakan, mereka yang terlibat dalam kegiatan "Ngumbah" Tugu Kujang adalah para pencinta alam yang tergabung dalam komunitas Daya Mahasiswa Sunda (DAMAS), lembaga kebudayaan Sentradaksa, dan Forum Pelajar Pencinta Alam (Forpalas) dan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI).

Dia menjelaskan, kegiatan "Ngumbah" Tugu Kujang meliputi mencuci tugu, membersihkan dari lumut, pengecatan ulang kujang, tugu maupun tembaga yang menjadi lambang Kota Bogor.

"Untuk kegiatan mencuci dan mengecat, kami melibatkan instruktur dari FPTI, siapa saja yang mau manjat harus sudah memiliki kemampuan untuk panjat tebing," katanya.

Menurut Adi, kontribusi para pelajar, mahasiswa maupun anggota pencinta alam untuk ikut dalam kegiatan "Ngumbah" Tugu Kujang setiap tahunnya terus meningkat. Setiap hari banyak pelajar dari sejumlah sekolah yang memiliki organisasi Forpalas datang untuk mendaftarkan diri terlibat dalam kegiatan tersebut.

"Kami batasi setiap sekolah hanya ada lima orang saja. Dan mereka yang ingin ikutan memanjat Tugu, harus dilatih dulu. Tidak bisa sembarangan orang yang bisa melakukan kegiatan ini," katanya.

Adi menambahkan, kegiatan "Ngumbah" Tugu Kujang telah mendapat apresiasi dari Pemerintah Kota Bogor yang turut membantu dalam menyediakan prasarana dan peralatan untuk membersihkan. Termasuk Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto yang ikut memanjat dan mengecet tembaga kujang pada hari pembukaan Minggu.

"Keterlibatan Pak Wali Kota menjadi semangat kami dalam menjalankan tugas membersihkan Tugu Kujang," katanya.

Alfarizki Radiansyah pelajar SMAN 1 Kota Bogor mengaku memiliki rasa kebanggaan tersediri dengan ikut terlibat dalam kegiatan "Ngumbah" Tugu Kujang.

"Tugu Kujang inikan simbolnya Kota Bogor yang harus kita rawat, jaga dan pelihara. Ngumbah ini bagian dari upaya kami untuk menjaga dan merawat simbol Bogor," katanya.

Selama lima hari membersihkan dan mencuci Tugu Kujang, sejumlah peserta memilih menginap dengan mendirikan tenda di sekitar areal. Beberapa pengalaman unik yang dirasakan peserta saat membersihkan Tugu Kujang dirasakan oleh M Alwi dari FPTI Kota Bogor.

"Pernah ada kejadian saat membersihkan Tugu Kujang Selasa (26/5), waktu itu semua wilayah turun hujan, hanya di Tugu Kujang tidak turun hujan. Padahal, di Baranangsiang hujan, di Jalak Harupat Hujan, Pasar Bogor Hujan. tapi tidak di Tugu Kujang," katanya.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015