Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menyarankan agar ada penataan ulang dan pengaturan pola tanam ikan di keramba jaring apung di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta menyusul matinya ribuan ekor ikan di waduk tersebut.
"Itu bisa dilakukan untuk mengatasi matinya ribuan ekor ikan di Waduk Jatiluhur," katanya melalui telepon seluler, di Purwakarta, Selasa.
Dedi mengaku tak ingin kejadian kematian ikan secara massal di Waduk Jatiluhur terus berulang, yang terjadi di hampir setiap musim hujan.
Baca juga: Jumlah keramba jaring apung di Waduk Jatiluhur makin tak terkendali
Mantan Bupati Purwakarta ini mengaku sudah berdiskusi dengan Direktur Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai hal itu.
Ia ingin ada penataan dan pengaturan pola tanam ikan keramba apung di Waduk Jatiluhur, layaknya menanam padi.
"Jadi polanya seperti menanam padi, semua terkelola ada garis instruksinya, tidak jalan sendiri-sendiri, termasuk pencegahan penyakit," katanya.
Baca juga: Penataan kolam jaring apung Waduk Jatiluhur akan gunakan teknologi
Menurut dia, kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur akibat gas beracun sisa pakan yang mengendap di dasar waduk. Sisa pakan ikan berubah menjadi gas beracun. Saat curah hujan tinggi, arus air dari bawah bergerak ke atas.
"Setelah di atas, gas tersebut kemudian dihirup ikan. Lalu ikannya mati," katanya.
Sementara itu, Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta menyebutkan matinya ikan secara massal di keramba jaring apung Waduk Jatiluhur akibat ikan kekurangan oksigen.
Baca juga: PJT-Pemkab Purwakarta Sepakat Tertibkan Jaring Apung Jatiluhur
Sekretaris Dinas Perikanan setempat Ade Amin, di Purwakarta menyampaikan kalau penyebab matinya ribuan ekor ikan di Waduk Jatiluhur akibat cuaca ekstrem atau hujan yang terus-menerus.
"Kondisi itu mengakibatkan ikan kekurangan oksigen dan terjadi upwelling. Itu yang menyebabkan kematian ikan," kata dia.
Dari data yang dikumpulkan, jumlah ikan yang mati di Waduk Jatiluhur mencapai 80,5 ton hingga Minggu (31/1).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
"Itu bisa dilakukan untuk mengatasi matinya ribuan ekor ikan di Waduk Jatiluhur," katanya melalui telepon seluler, di Purwakarta, Selasa.
Dedi mengaku tak ingin kejadian kematian ikan secara massal di Waduk Jatiluhur terus berulang, yang terjadi di hampir setiap musim hujan.
Baca juga: Jumlah keramba jaring apung di Waduk Jatiluhur makin tak terkendali
Mantan Bupati Purwakarta ini mengaku sudah berdiskusi dengan Direktur Perum Jasa Tirta II Jatiluhur dan Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai hal itu.
Ia ingin ada penataan dan pengaturan pola tanam ikan keramba apung di Waduk Jatiluhur, layaknya menanam padi.
"Jadi polanya seperti menanam padi, semua terkelola ada garis instruksinya, tidak jalan sendiri-sendiri, termasuk pencegahan penyakit," katanya.
Baca juga: Penataan kolam jaring apung Waduk Jatiluhur akan gunakan teknologi
Menurut dia, kematian massal ikan di Waduk Jatiluhur akibat gas beracun sisa pakan yang mengendap di dasar waduk. Sisa pakan ikan berubah menjadi gas beracun. Saat curah hujan tinggi, arus air dari bawah bergerak ke atas.
"Setelah di atas, gas tersebut kemudian dihirup ikan. Lalu ikannya mati," katanya.
Sementara itu, Dinas Perikanan Kabupaten Purwakarta menyebutkan matinya ikan secara massal di keramba jaring apung Waduk Jatiluhur akibat ikan kekurangan oksigen.
Baca juga: PJT-Pemkab Purwakarta Sepakat Tertibkan Jaring Apung Jatiluhur
Sekretaris Dinas Perikanan setempat Ade Amin, di Purwakarta menyampaikan kalau penyebab matinya ribuan ekor ikan di Waduk Jatiluhur akibat cuaca ekstrem atau hujan yang terus-menerus.
"Kondisi itu mengakibatkan ikan kekurangan oksigen dan terjadi upwelling. Itu yang menyebabkan kematian ikan," kata dia.
Dari data yang dikumpulkan, jumlah ikan yang mati di Waduk Jatiluhur mencapai 80,5 ton hingga Minggu (31/1).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021