Sejumlah pedagang di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur menyiapkan fasilitas penunjang protokol kesehatan untuk pengunjung demi mengurangi rasa takut terhadap penularan COVID-19.

"Saya siapkan tempat cuci tangan berupa galon kecil berisi air bersih dan sabun dalam botol besar air mineral untuk para konsumen agar merasa nyaman dan tenang," kata ujar pedagang sate padang di Jalan Gapura Pasar Jatinegara, Irmansyah, Ahad.

Pada lapak berukuran sekitar 2 x 2 meter persegi di bahu jalan itu, Irmansyah juga sering menyemprot gerobak, meja dan kursi dengan cairan disinfektan agar steril dari virus maupun kuman.

Irwansyah juga patuh terhadap protokol kesehatan untuk menjaga jarak antarpedagang maupun penggunaan masker selama berjualan.

"Selama pandemi ini memang omzet saya berkurang dari biasanya (saat normal) Rp2 juta hingga Rp3,5 juta sehari menjadi kurang dari Rp1 juta per hari," katanya.

Baca juga: Pasar masih nantikan stimulus AS, rupiah akhir pekan ini menguat

Pada Minggu siang gerobak sate Irmansyah masih menyisakan tidak kurang dari 100 tusuk sate olahan lidah sapi serta bumbu yang masih terisi penuh di dalam panci besar.

Pria yang sudah berjualan di Pasar Jatinegara sejak 1990 itu membanderol dagangannya seharga Rp25 ribu per porsi.

"Tetap aja sepi. Karena konsumen masih pada takut datang ke pasar saat pandemi begini," katanya.

Baca juga: Satgas COVID-19 Kota Bekasi jaring 65 pelanggar prokes di Pasar Baru

Sejumlah pedagang lain di pasar itu, tampak menyediakan fasilitas yang sama di depan lapak-lapak mereka.

Manager Area Pasar Jatinegara pada Perumda Pasar Jaya, Sion Purba, mengatakan dari total 3.000 pedagang di gedung Pasar Jatinegara saat ini belum ada yang terkonfirmasi positif COVID-19.

"Sejak Maret 2020 kisaran pedagang yang pernah terkonfirmasi positif COVID-19 mencapai 20 orang. Tapi kasus per hari ini masih nol. Dulu ada yang positif karena kita lakukan tes  usap massal," katanya.

Baca juga: Depok kembangkan program marketing pasar tradisional dijalankan secara daring

Sion mengatakan tingkat okupansi konsumen selama pandemi di pasar yang menjual pakaian, sepatu, aksesoris secara grosir itu relatif rendah.

Hal itu disebabkan sejumlah faktor, di antaranya rasa takut konsumen terhadap COVID-19, pembatasan kapasitas tampung pasar hingga kondisi ekonomi masyarakat yang sedang lesu.

"Saat ini memang kita batasi 50 persen untuk pengunjung di dalam pasar. Kita juga rutin melakukan penelusuran kasus setiap hari. Kalau ada yang positif kita laporkan ke Puskesmas dan ditutup kiosnya selama tiga hari," katanya.

Manajemen pasar juga telah menyediakan alat tes cepat antigen serta berkoordinasi secara intensif dengan Tim Pemburu COVID-19 untuk dijadwalkan patroli sepekan sekali.

Pewarta: Andi Firdaus

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021