Gempa bumi tektonik yang terjadi di wilayah Laut Flores pada Senin pukul 08.20 WIB tidak berpotensi menyebabkan tsunami menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Menurut BMKG, gempa yang semula terekam memiliki magnitudo 5,7 dan kemudian diperbarui menjadi 5,5 tersebut episenternya ada di laut pada kedalaman 653 km di 115 km arah utara Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Gempa bumi magnito 5,8 di Bengkulu tidak berpotensi terjadi tsunami
Baca juga: Gempa bumi magnitudo 6,4 guncang di Gorontalo
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan persnya mengatakan bahwa berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi itu merupakan jenis gempa dalam akibat adanya aktivitas subduksi.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan sesar turun (normal fault)," katanya.
Getaran akibat gempa itu dirasakan pada skala II-III MMI di daerah Waingapu serta II MMI di Denpasar, Kuta, Mataram, dan Lombok Tengah.
Baca juga: 32 gempa terjadi di Sumatera Utara pada pekan terakhir tahun 2020
Pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Pada skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa seakan ada truk berlalu.
Menurut hasil pemantauan BMKG, hingga pukul 08.50 WIB ada dua dua gempa bumi susulan setelah gempa pertama.
Bambang mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021
Menurut BMKG, gempa yang semula terekam memiliki magnitudo 5,7 dan kemudian diperbarui menjadi 5,5 tersebut episenternya ada di laut pada kedalaman 653 km di 115 km arah utara Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Gempa bumi magnito 5,8 di Bengkulu tidak berpotensi terjadi tsunami
Baca juga: Gempa bumi magnitudo 6,4 guncang di Gorontalo
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno dalam keterangan persnya mengatakan bahwa berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi itu merupakan jenis gempa dalam akibat adanya aktivitas subduksi.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan sesar turun (normal fault)," katanya.
Getaran akibat gempa itu dirasakan pada skala II-III MMI di daerah Waingapu serta II MMI di Denpasar, Kuta, Mataram, dan Lombok Tengah.
Baca juga: 32 gempa terjadi di Sumatera Utara pada pekan terakhir tahun 2020
Pada skala II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang dan menyebabkan benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Pada skala III MMI getaran dirasakan nyata dalam rumah, terasa seakan ada truk berlalu.
Menurut hasil pemantauan BMKG, hingga pukul 08.50 WIB ada dua dua gempa bumi susulan setelah gempa pertama.
Bambang mengatakan, hingga saat ini belum ada laporan mengenai kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi tersebut.
Editor : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2021