Bogor, (Antara Megapolitan) - Tim Penggerak PKK Kota Bogor, Jawa Barat, mengerahkan seluruh kadernya untuk menyosialisasikan bahaya merokok bagi kesehatan, dengan sasaran rumah tangga, sebagai salah satu upaya mendukung program pemerintah menuju masyarakat sehat tanpa rokok.

"Pemerintah Kota Bogor sudah memiliki regulasi tentang kawasan tanpa rokok, PKK sebagai mitra dari pemerintah bertugas mendukung implementasi peraturan tersebut," kata Ketua Tim Penggerak PKK Yane Adrian, dalam acara peringatan Hari Kartini oleh PKK Kota Bogor bersama LSM "No Tobacco Control" (NoTC) di Bogor, Senin.

Yane mengatakan ada 5.000 kader Penggerak PKK di Kota Bogor yang dilibatkan dalam mendukung implementasi Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2009 tentang kawasan tanpa rokok (KTR).

"Peran Kader PKK sangat strategis untuk menghidupkan simpul-simpul penguatan kawasan tanpa rokok di wilayah," katanya.

Menurutnya, tantangan dalam mewujudkan kawasan tanpa rokok lebih berat dari pengawasan minuman keras. Karena pelaku atau penggunanya sudah menyentuh semua kalangan mulai dari pria, remaja, wanita hingga balita.

"Berbeda dengan minuman keras hanya melibatkan sekelompok orang, kalau rokok ini sudah luas hampir semua kalangan dan komunitas. Tetapi bukan berarti tidak bisa, saya yakin dengan niat yang tulus kita bisa mewujudkan Bogor sebagai kawasan tanpa rokok," katanya.

Tidak merokok di dalam rumah merupakan satu dari 10 indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam rumah tangga. Masih ditemukannya warga yang merokok di dalam rumah membuat capaian PHBS Kota Bogor tahun 2014 sebesar 56,4 persen. Angka ini turun dibanding tahun 2013 lalu yakni 61 persen.

Sementara itu, PHBS termasuk dalam salah satu dari 10 tugas pokok Tim Penggerak PKK yang dilaksanakan oleh kelompok kerja atau Pokja IV dengan tugas melaksanakan kegiatan yang membidangi kesehatan, kelestarian lingkungan hidup serta perencanaan hidup sehat.

Ketua NoTC Acep Suhaemi menyebutkan Indonesia menjadi surga bagi industri rokok, tercatat sebanyak 97 juta perokok aktif. Fakta lainnya sangat memprihatikan karena 43 juta lebih anak di Indonesia terpapar bahaya asap rokok.

Dari 97 perokok aktif di Indonesia, jumlah perokok wanita pada tahun 2007 sebesar 5,5 persen. Angka tersebut terus meningkat pada tahun 2013 mencapai tujuh persen.

"Wanita saat ini menjadi target industri rokok, selain sebagai perokok, sebagai iklan dan penjual. Karena prinsip liberal yang dianut oleh industri rokok persamaan gender, mereka ingin seimbang," katanya.

Dr Adelia Rahmi menyebutkan bahaya merokok bagi kesehatan sudah terbukti, salah satunya kanker penyebab kematian nomor dua setelah jantung dan hipertensi. Salah satu penyebab kanker adalah kebiasaan merokok.

"Bahaya merokok tidak hanya dialami oleh perokok saja, tetapi perokok pasif yang terpapar asap rokok juga memiliki resiko yang sama," katanya.

Beragam gangguan kesehatan ditimbulkan oleh merokok, seperti penyempitan pembuluh darah, bagi ibu hamil yang merokok berpotensi melahirkan bayi prematur, sistim imun turun, kekurangan oksigen, kekurangan pada organ tubuhnya.

"Bahayanya bagi ibu hamil, kondisi anak di dalam kandungan tergantung dari plasenta sang ibu. Jika plasenta itu sudah rusak sejak dari dalam kandungan maka anak yang dilahirkan juga terganggu kesehatannya. Bayi menangis di menit pertama kelahirannya menentukan kondisi kesehatan masa depan anak," katanya.

Ketua Pokja IV TP PKK Kota Bogor, Meira Sophia menambahkan, peran wanita PKK dalam mendukung penegakan kawasan tanpa rokok di Kota Bogor dapat dimulai dari dalam rumah tangga masing-masing, lalu meluas ke tetangga dan rukun tetangga maupun rukun warga.

"Dengan sosialisasi, mengajak suami untuk tidak merokok dalam rumah, memberitahukan bahaya rokok bagi kesehatan, perlahan-lahan menjadikan kawasan tanpa rokok dengan tidak menyediakan asbak rokok, hingga tidak ada lagi iklan rokok di warung-warung," kata dia.

Pewarta: Laily Rahmawati

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015