PBB, New York (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Satu dari setiap empat anak dan remaja di Timur Tengah dan Afrika Utara tidak bersekolah atau terancam putus sekolah, kata seorang juru bicara PBB pada Kamis (16/4), dengan mengutip satu laporan baru.

Laporan itu --yang secara bersama dikeluarkan oleh Dana Anak PBB (UNICEF) dan Institut Statistik Organisasi Pendidikan, Sains dan Kebudayaan PBB-- mengatakan  lebih dari 21 juta anak di kedua wilayah tersebut terancam kehilangan peluang pendidikan, meskipun ada kemajuan mengensankan dalam peningkatan pendaftaran masuk sekolah selama dasawarsa terakhir, kata Stephane Dujarric dalam satu taklimat rutin di Markas Besar PBB, New York.

Wilayah itu telah menyaksikan 40 persen pengurangan jumlah anak yang tidak sekolah dalam 10 tahun belakangan, kata laporan tersebut, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat. "Namun, kemajuan telah berjalan lamban belakangan ini, akibat gabungan kemiskinan, diskriminasi, kualitas belajar yang buruk dan tentu saja konflik," kata Dujarric.

Menurut laporan itu, 12,3 juta anak dan remaja di wilayah tersebut tak sekolah. Dan lebih dari enam juta anak terancam putus sekolah.

Sebanyak tiga juta anak lagi tak bisa sekolah di Suriah dan Irak, tempat konflik telah menghancurkan sangat banyak sistem pendidikan.

Lembaga PBB itu mendesak pemerintah agar meningkatkan upayanya, "terutama untuk memprioritaskan kebutuhan pendidikan bagi keluarga yang rentan dan tak beruntung", kata laporan tersebut.

Laporan itu menekankan kebijakan baru diperlukan untuk meningkatkan program pendidikan pra-sekolah, menangani siswa putus sekolah dan diskriminasi gender, serta membantu lebih banyak anak di daerah konflik untuk memperoleh akses ke pembelajaran.

Donor didesak agar memberi komitmen bagi lebih banyak dana guna menutup jurang pemisah yang menghalangi sangat banyak anak untuk belajar, kata laporan tersebut.

Penerjemah: Chaidar.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015