Roma (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Sebanyak 400 pendatang termasuk banyak anak kecil diduga telah tewas di laut pada akhir pekan, saat mereka berusaha menyeberang dari Libya ke Italia, kata Save the Children di dalam satu pernyataan yang disiarkan, Selasa (14/4).
Organisasi amal untuk anak-anak tersebut mengumpulkan keterangan dari satu kelompok sebanyak 150 penyintas yang diselamatkan oleh Angkatan Laut Italia dan diangkut ke Kota Reggio Calabria, Italia Selatan.
Save the Children mengatakan lebih dari 5.100 migran telah tiba di pantai Italia antara Sabtu (11/4) dan Senin. Di antara mereka juga terdapat sebanyak 450 anak, 317 di antara mereka tak ditemani orang dewasa.
"Banyak di antara mereka telah menderita atau menyaksikan pengalaman kekerasan yang mengerikan dan telah kehilangan teman, kerabat atau orang tua," kata CEO Save the Children di Valerio Neri, Italia, di dalam satu pernyataan.
Neri menggambarkan situasi di Libya sebagai "makin tak terkendali" dengan "kekerasan yang tak terbayangkan juga terjadi di jalan".
"Kami tinggal selama empat bulan di satu pabrik sardine di dekat Tripoli. Kami berjumlah lebih dari 1.000 orang. Kami hanya makan satu kali sehari ... Kalau ada eorang yang berusaha berjalan bersama seorang teman atau siapa saj, ia akan dipukuli," kata seorang saksi mata yang berusia 17 tahun kepada Save the Children, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang.
Organisasi tersebut menyeru Italia dan seluruh Uni Eropa agar menghadapi kondisi darurat yang membengkak dengan operasi pencarian-dan-pertolongan dan pusat penerimaan.
Menurut pemerintah Italia, kebanyakan pendatang itu, yang diselamatkan dalam beberapa hari belakangan berasal dari negara Sub-Sahara seperti Eritrea, Somalia, Ethiopia dan Suriah.
Sembilan di antara mereka ditemukan dalam kondisi tewas di satu rakit sekitar 130 kilometer di lepas pantai sebelah utara Libya pada Senin, dalam operasi yang melibatkan bermacam pasukan laut Italia dan patroli Triton, dalam operasi yang dikoordinasikan oleh lembaga pengawasan perbatasan Uni Eropa, Frontex.
Triton, yang diluncurkan pada November lalu, dirancang dengan skala lebih kecil dibandingkan dengan operasi terdahulu yang diberi nama Maret Nostrum (Laut Kami), yang telah dilancarkan oleh Italia sejak akhir 2013, setelah ratusan migran meninggal dalam dua peristiwa kapal tenggelam di lepas pantai Lampedusa, pulau kecil di lepas pantai Italia Selatan.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Organisasi amal untuk anak-anak tersebut mengumpulkan keterangan dari satu kelompok sebanyak 150 penyintas yang diselamatkan oleh Angkatan Laut Italia dan diangkut ke Kota Reggio Calabria, Italia Selatan.
Save the Children mengatakan lebih dari 5.100 migran telah tiba di pantai Italia antara Sabtu (11/4) dan Senin. Di antara mereka juga terdapat sebanyak 450 anak, 317 di antara mereka tak ditemani orang dewasa.
"Banyak di antara mereka telah menderita atau menyaksikan pengalaman kekerasan yang mengerikan dan telah kehilangan teman, kerabat atau orang tua," kata CEO Save the Children di Valerio Neri, Italia, di dalam satu pernyataan.
Neri menggambarkan situasi di Libya sebagai "makin tak terkendali" dengan "kekerasan yang tak terbayangkan juga terjadi di jalan".
"Kami tinggal selama empat bulan di satu pabrik sardine di dekat Tripoli. Kami berjumlah lebih dari 1.000 orang. Kami hanya makan satu kali sehari ... Kalau ada eorang yang berusaha berjalan bersama seorang teman atau siapa saj, ia akan dipukuli," kata seorang saksi mata yang berusia 17 tahun kepada Save the Children, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu siang.
Organisasi tersebut menyeru Italia dan seluruh Uni Eropa agar menghadapi kondisi darurat yang membengkak dengan operasi pencarian-dan-pertolongan dan pusat penerimaan.
Menurut pemerintah Italia, kebanyakan pendatang itu, yang diselamatkan dalam beberapa hari belakangan berasal dari negara Sub-Sahara seperti Eritrea, Somalia, Ethiopia dan Suriah.
Sembilan di antara mereka ditemukan dalam kondisi tewas di satu rakit sekitar 130 kilometer di lepas pantai sebelah utara Libya pada Senin, dalam operasi yang melibatkan bermacam pasukan laut Italia dan patroli Triton, dalam operasi yang dikoordinasikan oleh lembaga pengawasan perbatasan Uni Eropa, Frontex.
Triton, yang diluncurkan pada November lalu, dirancang dengan skala lebih kecil dibandingkan dengan operasi terdahulu yang diberi nama Maret Nostrum (Laut Kami), yang telah dilancarkan oleh Italia sejak akhir 2013, setelah ratusan migran meninggal dalam dua peristiwa kapal tenggelam di lepas pantai Lampedusa, pulau kecil di lepas pantai Italia Selatan.
Penerjemah: Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015