Denpasar (Antara Megapolitan) - Pertunjukkan tari kecak yang dipentaskan di hamparan lokasi wisata Uluwatu, mampu menyedot lebih banyak kunjungan turis dalam maupun luar negeri yang sedang melakukan perjalanan wisata ke Pulau Dewata.

"Banyak turis asing minta ke Uluwatu, tidak saja menyaksikan tarian kecak juga di sini mereka (turis-red) mampu menikmati pemandangan alam yang nan indah" kata pengamat pariwisata Bali, Dewa Nyoman Putra di Denpasar Selasa.

Kawasan sekitar Pura Uluwatu, Kabupaten Badung, menjadi objek wisata favorit di Pulau Dewata, sehingga dikunjungi banyak wisatawan dari dalam dan luar negeri. Bahkan terbanyak kedua setelah Tanah Lot di Kabupaten Tabanan.

Kawasan wisata Uluwatu di ujung selatan Pulau Bali, 30 km selatan Kota Denpasar, atau 15 km dari Bandara Ngurah Rai, hingga kini masih lebih banyak dikunjungi turis luar negeri jika dibandingkan tamu dalam negeri.

Sesuai data Dinas Pariwisata Provinsi Bali, menyebutkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Pura Uluwatu selama 2014 sebanyak 1.129.306 orang, sekitar 785.386 orang di antaranya masyarakat internasional dan 343.920 sisanya tamu dalam negeri.

Jumlah kedatangan turis tersebut naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 820.999 orang, terdiri atas 498.070 wisatawan asing, dan 322.929 wisatawan domestik. Sedangkan Tanah Lot dikunjungi sekitar 3,1juta orang.

"Pura Uluwatu memiliki daya tarik tersendiri, karena batu karang yang ada ditumbuhi semak-semak yang dihuni ratusan ekor kera jinak dan dilindungi oleh masyarakat sekitar," kata dia yang berprofesi sebagai pemandu wisata sejak belasan tahun lalu.

Tempat suci umat Hindu itu berdiri megah di ketinggian 97 meter di atas permukaan laut berpijak pada anjungan batu karang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut, di ujung barat daya Pulau Bali, ini yang menjadikan daya pikat setiap turis yang berkunjung ke sini.

Lokasi pura ini dinilai sangat indah dan menakjubkan, karena berada di atas tebing yang langsung menghadap ke laut lepas. Suasana ini membuat Pura Uluwatu yang didirikan sekitar abad XI semakin terkesan kesakralannya.

Pewarta: IK Sutika

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015