Sana'a (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Saat pemboman pimpinan Arab Saudi terhadap kelompok Syiah Yaman, Al-Houthi, berlanjut pada Sabtu (4/4) untuk hari ke-10, satu lagi bencana besar kemanusiaan muncul.
Koalisi 10-negara tersebut menjatuhkan bom lagi terhadap sasaran Al-Houthi di Kota Pelabuhan Aden, Yaman Selatan, kubu terakhir pendukung Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang kini berlindung di kerajaan yang kaya akan minyak itu setelah dipaksa meninggalkan negerinya.
Serangan udara dan laut tersebut dilancarkan untuk menggagalkan upaya petempur Al-Houthi untuk merebut kota pelabuhan itu dan memulihkan kekuasaan Hadi di negeri tersebut.
Menurut laporan media, sedikitnya 13 petempur Al-Houthi tewas selama serangan pada Sabtu.
Sementara itu, koalisi menjatuhkan senjata dan pasokan amunisi pada hari kedua berturut-turut untuk petempur pro-Hadi di Kota Aden.
Di dalam Kota Aden, petempur yang setia kepada Hadi dilaporkan telah berhasil mengusir anggota Al-Houthi dari beberapa bagian tengah kota tersebut, termasuk dari kompleks istana Hadi.
Al-Kheder Lassouar, pemimpin Departemen Kesehatan di Aden, mengatakan tak kurang dari 185 orang tewas, dan 1.282 orang lagi cedera dalam bentrokan sejak awal Operasi Badai Penentu, yang dipelopori Arab Saudi, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Ia menambahkan tiga-perempat korban adalah warga sipil.
Ia juga menyatakan jumlah korban jiwa tak meliputi korban tewas di kalangan petempur Al-Houthi dan anggota milisi lain yang bersekutu dengan mereka.
Menurut PBB, lebih dari 500 orang tewas dalam dua pekan belakangan di Yaman, sementara hampir 1.700 orang cedera.
Komite Palang Merah Internasional menyerukan jeda secepatnya dalam konflik mematikan di Yaman sehingga pasokan medis dapat dikirim ke dalam zona pertempuran.
Di dalam satu pernyataan, Palang Merah menyatakan tiga pengirimannya masih terhalang, dan mendesak agar semua jalur --termasuk udara, darat dan laut-- dibuka tanpa penundaan selama setidaknya 24 jam. Tujuannya ialah "untuk memungkinkan bantuan sampai ke orang yang terputus dengan dunia luar setelah lebih dari satu pekan serangan udara gencar dan pertempuran darat sengit di seluruh negeri tersebut"
Namun, Arab Saudi belakangan membantah bawah kerajaan itu telah menghalangi pesawat Palang Merah untuk memberi bantuan kemanusiaan ke Yaman. Riyadh menyatakan pesawat tersebut bisa berangkat pada Ahad.
Di lapangan, sebagian warga di Kota Aden tak memperoleh listrik dan air selama dua hari. Selain itu, obat dan ranjang rumah sakit mulai habis.
Sementara itu Rusia mengusulkan satu resolusi ke PBB, dan menyeru koalisi agar menghentikan serangan udara mereka guna memungkinkan dilakukannya pengungsian diplomat dan warga sipil asing. Moskow juga mendesak diberikannya akses kemanusiaan segera dan tanpa halangan.
Krisis Yaman menimbulkan kekhawatiran bahwa petempur Al-Houthi, yang diduga banyak pihak didukung oleh Iran, mungkin merebut TeluK Bab Al-Mandab, yang berdekatan, dan menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional negara Teluk di sekitar Yaman. Namun Teheran membantah Iran mempersenjatai gerilyawan Al-Houthi.
Penerjemah: A/Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015
Koalisi 10-negara tersebut menjatuhkan bom lagi terhadap sasaran Al-Houthi di Kota Pelabuhan Aden, Yaman Selatan, kubu terakhir pendukung Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi --yang kini berlindung di kerajaan yang kaya akan minyak itu setelah dipaksa meninggalkan negerinya.
Serangan udara dan laut tersebut dilancarkan untuk menggagalkan upaya petempur Al-Houthi untuk merebut kota pelabuhan itu dan memulihkan kekuasaan Hadi di negeri tersebut.
Menurut laporan media, sedikitnya 13 petempur Al-Houthi tewas selama serangan pada Sabtu.
Sementara itu, koalisi menjatuhkan senjata dan pasokan amunisi pada hari kedua berturut-turut untuk petempur pro-Hadi di Kota Aden.
Di dalam Kota Aden, petempur yang setia kepada Hadi dilaporkan telah berhasil mengusir anggota Al-Houthi dari beberapa bagian tengah kota tersebut, termasuk dari kompleks istana Hadi.
Al-Kheder Lassouar, pemimpin Departemen Kesehatan di Aden, mengatakan tak kurang dari 185 orang tewas, dan 1.282 orang lagi cedera dalam bentrokan sejak awal Operasi Badai Penentu, yang dipelopori Arab Saudi, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad pagi. Ia menambahkan tiga-perempat korban adalah warga sipil.
Ia juga menyatakan jumlah korban jiwa tak meliputi korban tewas di kalangan petempur Al-Houthi dan anggota milisi lain yang bersekutu dengan mereka.
Menurut PBB, lebih dari 500 orang tewas dalam dua pekan belakangan di Yaman, sementara hampir 1.700 orang cedera.
Komite Palang Merah Internasional menyerukan jeda secepatnya dalam konflik mematikan di Yaman sehingga pasokan medis dapat dikirim ke dalam zona pertempuran.
Di dalam satu pernyataan, Palang Merah menyatakan tiga pengirimannya masih terhalang, dan mendesak agar semua jalur --termasuk udara, darat dan laut-- dibuka tanpa penundaan selama setidaknya 24 jam. Tujuannya ialah "untuk memungkinkan bantuan sampai ke orang yang terputus dengan dunia luar setelah lebih dari satu pekan serangan udara gencar dan pertempuran darat sengit di seluruh negeri tersebut"
Namun, Arab Saudi belakangan membantah bawah kerajaan itu telah menghalangi pesawat Palang Merah untuk memberi bantuan kemanusiaan ke Yaman. Riyadh menyatakan pesawat tersebut bisa berangkat pada Ahad.
Di lapangan, sebagian warga di Kota Aden tak memperoleh listrik dan air selama dua hari. Selain itu, obat dan ranjang rumah sakit mulai habis.
Sementara itu Rusia mengusulkan satu resolusi ke PBB, dan menyeru koalisi agar menghentikan serangan udara mereka guna memungkinkan dilakukannya pengungsian diplomat dan warga sipil asing. Moskow juga mendesak diberikannya akses kemanusiaan segera dan tanpa halangan.
Krisis Yaman menimbulkan kekhawatiran bahwa petempur Al-Houthi, yang diduga banyak pihak didukung oleh Iran, mungkin merebut TeluK Bab Al-Mandab, yang berdekatan, dan menimbulkan ancaman bagi keamanan nasional negara Teluk di sekitar Yaman. Namun Teheran membantah Iran mempersenjatai gerilyawan Al-Houthi.
Penerjemah: A/Chaidar.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015