Buenos Aires (Antara/AFP/Antara-) - Argentina pada Selasa menyatakan rencana Inggris memperkuat pertahanannya di kepulauan Malvinas adalah prakarsa pemborosan, yang didorong lobi tentara.

"Itu alasan tentara untuk terus menghabiskan uang," kata Duta Besar Argentina untuk Inggris Alicia Castro.

Tanggapan itu muncul sesudah Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengumumkan kegiatan 10 tahun senilai 180 juta pound (sekitar 2,68 triliun rupiah) untuk melawan "tekanan terus menerus" dari Argentina atas sengketa kepulauan di Atlantik selatan itu.

Uang tersebut akan dipakai untuk meningkatkan pranata peluru kendali permukaan-ke-udara dan dua helikopter Chinook untuk kepulauan tersebut.

Argentina menyerang Malvinas, yang dikuasai Inggris, pada 1982 dan memicu perang berdarah dua bulan.

Serangan itu semula mendapatkan dukungan pemerintah tentara, tapi kekalahan tersebut sangat berpengaruh pada citra tentara dan membantu mengakhiri kekuasaan pada tahun berikutnya.

Castro mengatakan Argentina saat ini bukan ancaman bagi kepulauan tersebut.

"Tidak akan pernah ada perang lagi di Malvinas, karena itu jelas dilancarkan kediktatoran militer dengan tujuan melestarikan kekuasaan," katanya kepada penyiaran Argentina Radio del Plata.

Ia menyatakan yang pemerintah Inggris seharusnya betul-betul pedulikan ialah penggunaan uang pembayar pajak.

"Semakin banyak masyarakat Inggris mempertanyakan yang dilihatnya tidak berguna, belanja berlebihan tentara di tengah kemelut ekonomi untuk menjaga pangkalan tentara dengan 2.000 orang di beberapa pulau terpencil guna mencegah serbuan, yang tidak akan pernah terjadi," katanya.

Perang Malvinas menelan korban 649 tentara Argentina, 255 orang Inggris dan tiga warga kepulauan tersebut.

Hubungan dwipihak tegang sejak itu. Argentina menginginka prundingan dwipihak tentang kedaulatan wilayah itu, tapi Inggris bersikukuh tidak ada bahasan.

Ketegangan meningkat dalam beberapa tahun belakangan sesudah ditemukan cadangan besar minyak di lepas pantai di dekat kepulauan tersebut.

Rusia membandingkan penguasaannya atas Krim dengan pendudukan Malvinas oleh Inggris.

Rusia lebih berhak atas Krim daripada Inggris terhadap kepulauan Malvinas, kata anggota utama parlemen Rusia pada Minggu saat London mengecam "pencaplokan tidak sah" Moskow atas semenanjung itu.

"Perhatikan London: Krim memiliki jauh lebih banyak alasan untuk berada di Rusia daripada Malvinas harus menjadi bagian dari Inggris," kata Alexei Pushkov, kepala panitia urusan luar negeri parlemen Rusia di Twitter.

Anggota parlemen lantang itu menanggapi pernyataan Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond, yang sebelumnya mengutuk pelanggaran mencolok Rusia atas Ukraina dan hukum antarbangsa dalam merebut Krim pada tahun lalu.

Penerjemah: B. Soekapdjo/M. Anthoni.

Pewarta:

Editor : M. Tohamaksun


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015