Sukabumi, (Antara Megapolitan) - Sisi lain di balik kisah dipulangkannya 15 imigran gelap dari tiga negara yakni Banglades, Nepal dan Iran, ternyata mereka mengaku warga Indonesia lebih ramah dibandingkan warga Malaysia.

"Saya udah enam bulan tinggal di rumah detensi imigrasi (Rudenim) Bogor, warga di sana ramah-ramah dan nyaman padahal sebelum ke Indonesia saya pernah tinggal di Malaysia tetapi kembali lagi ke negara saya," kata salah seorang imigran gelap asal Banglades, M Baleyet Husain di Sukabumi, Senin.

Awalnya, ia merasa takut untuk datang ke Indonesia karena informasi dari warga Malaysia, negara Indonesia kerap terjadi tindak kekerasan. Tapi, nyatanya warganya lebih baik dan ramah serta jika diizinkan ia lebih memilih tinggal di Indonesia dan siap bekerja apa saja untuk negara ini.

Selain itu, ia pun memiliki sejumlah tanah, tempat usaha dan lain-lain di Banglades jika diizinkan menjadi WNI maka harta kekayaannya akan dijual untuk menghidupi dirinya di Indonesia. Bahkan, saat ini ia pun harus meninggalkan istrinya yang tengah hamil mengandung di negara asalnya sampai mendapatkan negara yang menerima suaka.

"Saya lebih baik meninggal di Indonesia dari pada harus pulang ke Banglades. Dan untuk berangkat ke Australia saya sudah mengeluarkan uang cukup banyak bahkan saat berangkat ke Australia saya mengeluarkan uang empat ribu dolar AS," tambahnya.

Sementara, imigran gelap lainnya yang juga dari Banglades, Kamal mengatakan, jika ia pulang ke negara asalnya maka bisa saja dibunuh atau terbunuh. Sehingga, ia merasa lebih baik hidupnya terlunta-lunta di Indonesia sampai mendapatkan negara untuk tempat mengungsinya.

"Saya sudah dapat izin dari UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) sebagai pencari suaka, namun setelah tiba di Australia saya malah dikembalikan lagi ke Indonesia dengan alasan tengah terjadi permasalahan politik di dua negara ini," katanya.

Pewarta: Aditya A Rohman

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2015