Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) berkolaborasi dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) menyelenggarakan Seminar Keselamatan Nuklir 2020 bertajuk "Inovasi untuk Mendukung Keselamatan dan Keamanan Nuklir menuju SDM Indonesia yang Maju dan Unggul" secara virtual.

Rektor UI Prof Ari Kuncoro dalam sambutannya berharap seminar "Innovations to Support Nuclear Safety and Security for Advanced Human Resources and Excellent Indonesia" ini dapat menjadi forum diskusi ilmiah dan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang pengawasan pemanfaatan ketenaganukliran.

"Kerja sama UI dan BAPETEN memiliki peran yang sangat penting dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penyediaan SDM, khususnya dalam mendukung pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia" kata Rektor UI Prof.Ari Kuncoro dalam keterangannya, Senin.

Baca juga: Dosen FEB UI: Pandemi COVID-19 berikan dampak buruk pelaku usaha mikro

Peluang kolaborasi UI-BAPETEN yang diusung seputar pengembangan sumber daya manusia di bidang pengawasan tenaga nuklir, pemberdayaan tenaga ahli yang dimiliki UI dan BAPETEN dan pemanfaatan hasil kajian/penelitian yang mendukung pengawasan ketenaganukliran.

Dalam seminar tersebut, dipaparkan tiga topik besar, yakni "Implementing Radiation Safety Standards in Medicine during Normal Times as well as during The COVID-19 Pandemic" oleh Dr. Ola Holmberg, Ph.D, dari IAEA (International Atomic Energy Agency).

Selanjutnya, topik "The Influence of COVID-19 Pandemic on Nuclear Surveillance Activities by BAPETEN" oleh Kepala BAPETEN dan "Science and Technology Globalization (Thought and Reflection)" oleh Prof Djarwani S. Soeyoko, Guru Besar Fisika FMIPA UI.

Kepala BAPETEN Prof Jazi Eko Istiyanto mengatakan tenaga nuklir dapat memberikan manfaat kepada masyarakat, tetapi pada sisi yang lain mempunyai risiko bila tidak dilakukan pengawasan dengan baik.

Baca juga: UI-BAPETEN perpanjang kerja sama dalam pengawasan pemanfaatan tenaga nuklir

Untuk itu, kata dia, dalam upaya mengurangi terjadinya potensi risiko tersebut, diperlukan pengawasan yang ketat dengan berdasar pada aspek safety, security, dan safeguards atau 3S.

Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang pemanfaatan tenaga nuklir memberikan peluang berarti bagi masyarakat, seperti pemanfaatan tenaga nuklir untuk memenuhi kebutuhan listrik di masa mendatang yang pada akhirnya diharapkan dapat mencapai kesejahteraan dan kemandirian energi bangsa Indonesia.

Untuk itu, kolaborasi dengan perguruan tinggi, salah satunya UI menjadi hal strategis. Diharapkan peran lebih aktif dari pemikir-pemikir ilmiah di bidang nuklir akan meningkat secara proporsional dengan peran kepakaran di semua bidang.

Penyelenggaraan seminar di bidang pengawasan ketenaganukliran menjadi salah satu sarana meningkatkan peran akademisi, pakar dan publik tersebut.

Baca juga: UI berinisiasi gelar pertemuan peneliti dan diaspora Indonesia

Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan ketenaganukliran yang sinergi dengan perkembangan global, sehingga keikutsertaan dari pihak dalam dan luar negeri yang terkait dengan keselamatan nuklir menjadi sangat penting.

Sementara itu, Wakil Rektor UI, Prof. Abdul Haris menambahkan dukungan akademisi dapat memperkuat fungsi pengawasan yang dijalankan BAPETEN.

Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan, UI memiliki tiga rumpun keilmuan, yaitu sains teknologi, kesehatan, dan sosial humaniora.

Dengan demikian, hasil coverage pada kajian dan rekomendasi yang dihasilkan UI dapat komprehensif. "Kami berpengalaman mengelaborasi ketiga rumpun ilmu tersebut untuk menjawab, memberikan solusi atas tantangan dan permasalahan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah," tuturnya.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020