Emas berjangka turun untuk sesi kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), tertekan kenaikan dolar AS mendekati level tertinggi dua bulan, dengan investor mengawasi dengan cermat pernyataan dari para pejabat Federal Reserve AS tentang keadaan ekonomi.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terpangkas lagi tiga dolar AS atau 0,16 persen, menjadi ditutup pada 1.907,60 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (21/9), emas berjangka turun tajam 51,5 dolar AS atau 2,62 persen menjadi 1.910,60 dolar AS.
Emas berjangka terangkat 12,2 dolar AS atau 0,63 persen menjadi 1.962,10 dolar AS pada akhir pekan lalu (18/9), setelah anjlok 20,6 dolar AS atau 1,05 persen menjadi 1.949,9 dolar AS pada Kamis (17/9), dan naik 4,3 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1.970,5 dolar AS pada Rabu lalu (16/9).
Jalan ke depan untuk ekonomi tetap tidak pasti dan bank sentral AS akan berbuat lebih banyak jika diperlukan, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada panel kongres pada Selasa (22/9).
Baca juga: Rupiah ditutup melemah dipicu oleh komentar Presiden The Fed Chicago
Secara terpisah, Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan ekonomi AS berisiko resesi, jika Kongres AS gagal meloloskan paket fiskal.
"Ketika kita melihat emas dan ekuitas turun pada saat bersamaan, investor membutuhkan uang tunai. Logam mulia selalu menjadi sumber mengumpulkan uang tunai. Itu adalah faktor kemarin tapi hari ini kami pikir itu sebagian besar (karena) dolar dan teknis," kata Chris Gaffney, presiden pasar-pasar dunia di TIAA Bank.
"Dolar mempertahankan kekuatannya dan secara fundamental membebani harga emas."
Baca juga: Presiden Jokowi tegaskan pentingnya kesetaraan akses vaksin COVID-19 di Sidang PBB
Dolar mencapai level tertinggi sejak akhir Juli, yang bersama dengan kurangnya kemajuan Washington dalam mencapai kesepakatan stimulus fiskal membebani emas.
Indeks dolar menguat untuk hari kedua pada Selasa (22/9) ketika gelombang kedua COVID-19 menyebabkan penguncian di beberapa tempat di Eropa. Investor telah mencatat peningkatan kuat dalam kasus COVID-19 selama seminggu terakhir di Uni Eropa.
Para analis telah mencatat bahwa meskipun secara tradisional emas telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi investor yang ketakutan, dalam beberapa hari terakhir investor telah beralih ke obligasi pemerintah dan dolar AS sebagai tempat berlindung alternatif, ketika mereka berharap atas vaksin untuk meredakan pandemi COVID-19.
Baca juga: DK PBB berhasil sahkan empat resolusi di bawah kepemimpinan Indonesia selama Agustus 2020
Emas telah memangkas kenaikan sejak mencapai rekor puncak pada Agustus, karena Kongres AS selama berminggu-minggu tetap menemui jalan buntu mengenai ukuran dan bentuk rancangan undang-undangan tanggapan virus corona berikutnya.
Diperkirakan bahwa meninggalnya Hakim Mahkamah Agung Ruth Bader Ginsburg akan menciptakan perpecahan tambahan antara Demokrat dan Republik, yang berarti peluang lebih kecil dari rencana stimulus segera hadir, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 13,6 sen atau 0,56 persen menjadi ditutup pada 24,523 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 18,7 dolar AS atau 2,13 persen menjadi menetap pada 857,4 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terpangkas lagi tiga dolar AS atau 0,16 persen, menjadi ditutup pada 1.907,60 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya, Senin (21/9), emas berjangka turun tajam 51,5 dolar AS atau 2,62 persen menjadi 1.910,60 dolar AS.
Emas berjangka terangkat 12,2 dolar AS atau 0,63 persen menjadi 1.962,10 dolar AS pada akhir pekan lalu (18/9), setelah anjlok 20,6 dolar AS atau 1,05 persen menjadi 1.949,9 dolar AS pada Kamis (17/9), dan naik 4,3 dolar AS atau 0,22 persen menjadi 1.970,5 dolar AS pada Rabu lalu (16/9).
Jalan ke depan untuk ekonomi tetap tidak pasti dan bank sentral AS akan berbuat lebih banyak jika diperlukan, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan kepada panel kongres pada Selasa (22/9).
Baca juga: Rupiah ditutup melemah dipicu oleh komentar Presiden The Fed Chicago
Secara terpisah, Presiden Federal Reserve Chicago Charles Evans mengatakan ekonomi AS berisiko resesi, jika Kongres AS gagal meloloskan paket fiskal.
"Ketika kita melihat emas dan ekuitas turun pada saat bersamaan, investor membutuhkan uang tunai. Logam mulia selalu menjadi sumber mengumpulkan uang tunai. Itu adalah faktor kemarin tapi hari ini kami pikir itu sebagian besar (karena) dolar dan teknis," kata Chris Gaffney, presiden pasar-pasar dunia di TIAA Bank.
"Dolar mempertahankan kekuatannya dan secara fundamental membebani harga emas."
Baca juga: Presiden Jokowi tegaskan pentingnya kesetaraan akses vaksin COVID-19 di Sidang PBB
Dolar mencapai level tertinggi sejak akhir Juli, yang bersama dengan kurangnya kemajuan Washington dalam mencapai kesepakatan stimulus fiskal membebani emas.
Indeks dolar menguat untuk hari kedua pada Selasa (22/9) ketika gelombang kedua COVID-19 menyebabkan penguncian di beberapa tempat di Eropa. Investor telah mencatat peningkatan kuat dalam kasus COVID-19 selama seminggu terakhir di Uni Eropa.
Para analis telah mencatat bahwa meskipun secara tradisional emas telah menjadi tempat berlindung yang aman bagi investor yang ketakutan, dalam beberapa hari terakhir investor telah beralih ke obligasi pemerintah dan dolar AS sebagai tempat berlindung alternatif, ketika mereka berharap atas vaksin untuk meredakan pandemi COVID-19.
Baca juga: DK PBB berhasil sahkan empat resolusi di bawah kepemimpinan Indonesia selama Agustus 2020
Emas telah memangkas kenaikan sejak mencapai rekor puncak pada Agustus, karena Kongres AS selama berminggu-minggu tetap menemui jalan buntu mengenai ukuran dan bentuk rancangan undang-undangan tanggapan virus corona berikutnya.
Diperkirakan bahwa meninggalnya Hakim Mahkamah Agung Ruth Bader Ginsburg akan menciptakan perpecahan tambahan antara Demokrat dan Republik, yang berarti peluang lebih kecil dari rencana stimulus segera hadir, kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 13,6 sen atau 0,56 persen menjadi ditutup pada 24,523 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 18,7 dolar AS atau 2,13 persen menjadi menetap pada 857,4 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020