Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya menyebut angka reproduktif efektif (Rt) berwarna hijau atau penularan COVID-19 sudah dapat dikendalikan selama 14 hari terakhir, mulai 21 Juli hingga 3 Agustus 2020.

Kepala Dinkes Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Rabu, mengatakan perubahan warna merah ke hijau yang dimaksud bukanlah pada zona, melainkan warna yang terdapat pada Rt tersebut.

"Saya tidak bicara zona, tetapi bicara Rt yang sudah hijau dengan penularan kasus yang sudah dapat dikendalikan. Atau teorinya penyakit kemungkinan akan hilang dari populasi. Jadi, sekali lagi angka Rt di Surabaya sudah berwarna hijau," kata dia.

Ia menjelaskan dalam Rt itu ada tiga simbol warna yang digunakan untuk menggambarkan angka penularan kasus, yakni pertama warna merah yang artinya angka penularan di atas satu (Rt>1) dan penyakit akan semakin menyebar dan menjadi wabah di populasi.

Baca juga: Sebanyak 11 ibu hamil di Surabaya terkonfirmasi positif COVID-19

Kedua, warna kuning yang artinya penularan sama dengan satu dan penyakit akan konstan ada, tidak bertambah dan tidak berkurang di populasi sehingga menjadi endemis. Ketiga, warna hijau yang artinya nilai penularan di bawah satu dan penyakit dapat terkendali.

"Nah, Surabaya sudah warna hijau dan artinya penyakit sudah terkendali," kata dia.

Selain itu, ia merinci angka Rt tersebut dihitung dengan dasar data onset mulai 26 Februari-3 Agustus 2020 atau setara dengan 160 hari.

Berdasarkan data tersebut, ia menerangkan pada 21 Maret23 Mei atau bertepatan pada PSBB tahap satu dan dua berwarna merah, kemudian pada 2425 Mei membaik menjadi kuning, pada 26 Mei-4 Juni berubah menjadi warna hijau, pada 56 Juni 2020 berubah menjadi kuning dan pada 7 Juni berwarna merah.

"Lalu 810 Juni masuk warna kuning. Pada 11-12 Juni berwarna merah. Kemudian 13-15 Juni kembali berwarna kuning. Terus begitu, berubah-ubah sangat dinamis. Tetapi yang paling lama warna hijau ini adalah dua minggu terakhir, semoga bisa konsisten," ujarnya.

Baca juga: Langgar protokol kesehatan, Risma berikan sanksi push up pada puluhan remaja

Penurunan angka penularan itu, menurut Febria, tidak lepas dari peran Wali Kota Surabaya yang tak henti-hentinya melakukan sosialisasi kepada warga untuk selalu menerapkan protokol kesehatan.

Bahkan, tak tanggung-tanggung, wali kota turun langsung menertibkan warga Kota Surabaya, seperti pembagian masker ke jalan-jalan, sosialisasi rutin ke berbagai tempat, hingga blusukan menyusuri perkampungan.

"Itu salah satunya mengapa Rt kami bisa turun. Karena ibu wali kota tidak pernah berhenti sosialisasi ke masyarakat. Beliau terus melakukan itu sehingga masyarakatnya bisa lebih disiplin lagi," katanya.

Selain itu, ia mengatakan tes usap dan tes cepat juga berperan dalam penurunan angka penularan. Sebab, ketika tes itu dilakukan, pasti dapat mempercepat deteksi dini atau penemuan dini pasien terkonfirmasi.

Baca juga: Gugus tugas menelusuri positif COVID-19 pada tiga media di Surabaya

Setelah diketahui hasilnya, pemkot bergerak cepat dan melakukan karantina pasien tersebut agar tidak sampai menular kepada anggota keluarganya.

"Bukan berarti itu jelek ya. Dengan banyaknya kita menemukan yang reaktif itu, maka berarti kita bisa lebih cepat memisahkan. Kita bisa deteksi dini dari awal untuk memisahkan pasien terkonfirmasi agar dia tidak tertular dengan keluarganya dan teman-temannya," ujarnya.

Ia berharap, Rt tersebut dapat terus terkendali, meskipun terkadang data tersebut bergerak sangat dinamis.

Oleh karena itu, Febria membutuhkan peran masyarakat untuk terus disiplin terhadap protokol kesehatan.

"Pertama jaga jarak, cuci tangan pakai sabun, dan selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PBHS), serta disiplin pakai masker. Sebab, hanya dengan itu. Kalau disiplin dan patuh kita bisa mengendalikan ini dan tidak tertular," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020