Pakar Hidrologi dan Sumber Daya Air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto, Ph.D mengatakan upaya mitigasi bencana kekeringan perlu menjadi prioritas guna mengurangi dampak yang ditimbulkan.
"Kekeringan merupakan bencana yang dapat membawa dampak besar, contohnya adalah krisis air bersih, sehingga upaya mitigasi perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa kekeringan secara prinsip dapat diatasi dengan ketersediaan air berlimpah.
"Tantangannya adalah pada pola pengelolaan sumber daya air yang terdistribusi secara tidak merata dalam ruang dan waktu," katanya.
Baca juga: Alami kekeringan, Sumba Barat terancam gagal panen
Agar air tersedia setiap waktu, kata dia, maka yang perlu dilakukan adalah memperbanyak bangunan penampung air seperti waduk, bendungan, situ, danau dan juga bangunan konservasi air tanah seperti sumur resapan dan biopori.
Selain itu dia juga menambahkan bahwa tantangan berikutnya adalah menjadikan upaya mitigasi kekeringan sebagai agenda prioritas.
"Prioritas penanganan bencana kekeringan oleh BNPB maupun BPBD harus terus ditingkatkan," katanya.
Baca juga: Ada 22 desa di Karawang dilanda kekeringan dan krisis air bersih
Sementara itu dia juga kembali mengingatkan bahwa menjaga ketersediaan air merupakan salah satu kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
"Untuk mewujudkan ketahanan pangan maka harus melakukan berbagai persiapan sebagai upaya mitigasi kemungkinan krisis pangan, salah satunya adalah memastikan ketersediaan air saat musim kemarau," katanya.
Oleh karena itu pembangunan infrastruktur untuk menampung air hujan baik dalam skala besar maupun kecil sangat diperlukan.
Baca juga: 37 bencana terjadi di Sukabumi sepanjang September 2019
Sementara itu dia juga mengingatkan bahwa efisiensi pengelolaan sumber daya air masih perlu menjadi perhatian.
"Yang perlu diperhatikan adalah kerusakan saluran irigasi dan tidak tepatnya data kebutuhan air irigasi yang bisa mempengaruhi efisiensi pengelolaan sumber daya air," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
"Kekeringan merupakan bencana yang dapat membawa dampak besar, contohnya adalah krisis air bersih, sehingga upaya mitigasi perlu dilakukan secara intensif dan berkesinambungan," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa kekeringan secara prinsip dapat diatasi dengan ketersediaan air berlimpah.
"Tantangannya adalah pada pola pengelolaan sumber daya air yang terdistribusi secara tidak merata dalam ruang dan waktu," katanya.
Baca juga: Alami kekeringan, Sumba Barat terancam gagal panen
Agar air tersedia setiap waktu, kata dia, maka yang perlu dilakukan adalah memperbanyak bangunan penampung air seperti waduk, bendungan, situ, danau dan juga bangunan konservasi air tanah seperti sumur resapan dan biopori.
Selain itu dia juga menambahkan bahwa tantangan berikutnya adalah menjadikan upaya mitigasi kekeringan sebagai agenda prioritas.
"Prioritas penanganan bencana kekeringan oleh BNPB maupun BPBD harus terus ditingkatkan," katanya.
Baca juga: Ada 22 desa di Karawang dilanda kekeringan dan krisis air bersih
Sementara itu dia juga kembali mengingatkan bahwa menjaga ketersediaan air merupakan salah satu kunci untuk mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.
"Untuk mewujudkan ketahanan pangan maka harus melakukan berbagai persiapan sebagai upaya mitigasi kemungkinan krisis pangan, salah satunya adalah memastikan ketersediaan air saat musim kemarau," katanya.
Oleh karena itu pembangunan infrastruktur untuk menampung air hujan baik dalam skala besar maupun kecil sangat diperlukan.
Baca juga: 37 bencana terjadi di Sukabumi sepanjang September 2019
Sementara itu dia juga mengingatkan bahwa efisiensi pengelolaan sumber daya air masih perlu menjadi perhatian.
"Yang perlu diperhatikan adalah kerusakan saluran irigasi dan tidak tepatnya data kebutuhan air irigasi yang bisa mempengaruhi efisiensi pengelolaan sumber daya air," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020