Emas berjangka naik pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), rebound dari penurunan dua hari berturut-turut karena melonjaknya kasus Virus Corona AS mendorong harapan untuk langkah-langkah stimulus lebih lanjut oleh Federal Reserve (Fed) guna meredam kejatuhan ekonomi dari pandemi.
"Emas diuntungkan dan akan terus mendapat manfaat dari tindakan yang diantisipasi oleh Fed AS dan bank-bank sentral lainnya."
Kasus-kasus global Virus Corona melewati 13 juta pada Senin (13/7/2020), menurut penghitungan Reuters, sementara kasus-kasus AS melonjak selama akhir pekan, dengan Florida melaporkan peningkatan lebih dari 15.000 kasus baru dalam 24 jam, sebuah rekor untuk negara bagian mana pun.
Mendorong aliran masuk ke aset safe-haven lebih lanjut, China mengumumkan "sanksi yang sesuai" terhadap Amerika Serikat pada Senin (13/7/2020) setelah Washington menghukum pejabat-pejabat senior China atas perlakuan terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Baca juga: Rupiah kembali berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus COVID-19
Dolar turun 0,3 persen setelah penurunan mingguan ketiga berturut-turut, sementara indeks utama Wall Street naik karena investor menyambut tanda-tanda kemajuan dalam pengembangan vaksin COVID-19 dan awal yang optimis untuk musim laporan pendapatan emiten.
Logam kuning telah meningkat lebih dari 19 persen sepanjang tahun ini dipicu stimulus besar-besaran dari pemerintah-pemerintah dan bank-bank sentral di seluruh dunia untuk menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul virus corona.
Para spekulan meningkatkan posisi bullish dalam kontrak emas dan perak Comex dalam seminggu hingga 7 Juli, data menunjukkan pada Jumat (10/7/2020).
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 73,5 sen atau 3,86 persen, menjadi ditutup pada 19,788 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 17,1 dolar AS atau 2,02 persen, menjadi menetap pada 863 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, terangkat 12,2 dolar AS atau 0,68 persen, menjadi ditutup pada 1.814,10 dolar AS per ounce pada Senin (13/7/2020). Akhir pekan lalu (10/7/2020) emas berjangka turun 1,9 dolar AS atau 0,11 persen, menjadi 1.801,90 dolar AS per ounce.
Emas berjangka juga jatuh16,8 dolar AS atau 0,92 persen menjadi 1.803,80 dolar AS pada Kamis (9/7/2020), setelah menguat 10,7 dolar AS atau 0,59 persen menjadi 1.820,60 dolar AS, tertinggi dalam hampir sembilan tahun pada Rabu (8/7/2020).
"Emas diuntungkan dan akan terus mendapat manfaat dari tindakan yang diantisipasi oleh Fed AS dan bank-bank sentral lainnya."
Kasus-kasus global Virus Corona melewati 13 juta pada Senin (13/7/2020), menurut penghitungan Reuters, sementara kasus-kasus AS melonjak selama akhir pekan, dengan Florida melaporkan peningkatan lebih dari 15.000 kasus baru dalam 24 jam, sebuah rekor untuk negara bagian mana pun.
Mendorong aliran masuk ke aset safe-haven lebih lanjut, China mengumumkan "sanksi yang sesuai" terhadap Amerika Serikat pada Senin (13/7/2020) setelah Washington menghukum pejabat-pejabat senior China atas perlakuan terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Baca juga: Rupiah kembali berpotensi tertekan seiring masih tingginya kasus COVID-19
Dolar turun 0,3 persen setelah penurunan mingguan ketiga berturut-turut, sementara indeks utama Wall Street naik karena investor menyambut tanda-tanda kemajuan dalam pengembangan vaksin COVID-19 dan awal yang optimis untuk musim laporan pendapatan emiten.
Logam kuning telah meningkat lebih dari 19 persen sepanjang tahun ini dipicu stimulus besar-besaran dari pemerintah-pemerintah dan bank-bank sentral di seluruh dunia untuk menghidupkan kembali ekonomi yang terpukul virus corona.
Para spekulan meningkatkan posisi bullish dalam kontrak emas dan perak Comex dalam seminggu hingga 7 Juli, data menunjukkan pada Jumat (10/7/2020).
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 73,5 sen atau 3,86 persen, menjadi ditutup pada 19,788 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 17,1 dolar AS atau 2,02 persen, menjadi menetap pada 863 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020