New York (ANTARA) - Harga minyak berjangka naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena penurunan ekspor minyak mentah dari pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, serta penurunan dalam jumlah rig pengeboran dan persediaan minyak Amerika Serikat mendukung harga.

Minyak mentah berjangka Brent berakhir pada 71,97 dolar AS per barel, naik 35 sen dari penutupan terakhir mereka dan mendekati tingkat tertinggi lima bulan pada Rabu (17/4/2019) di 72,27 dolar AS. Brent mencatat kenaikan mingguan 0,6 persen, menandai peningkatan mingguan keempat berturut-turut untuk acuan internasional.

Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup di 64,00 dolar AS per barel, naik 24,00 sen. Minyak mentah berjangka AS hanya naik di bawah 0,2 persen untuk minggu ini, kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut.

Ekspor minyak mentah Arab Saudi turun 277.000 barel menjadi hanya sedikit di bawah tujuh juta barel per hari pada Februari dari bulan sebelumnya, menurut data dari Joint Organizations Data Initiative (JODI).

Persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS turun minggu ini, dengan minyak mentah mencatat penurunan yang tidak terduga, yang pertama dalam empat minggu, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada Rabu (17/4/2019).

"Saya pikir itu cukup jelas bahwa pengetatan pasokan dan berkurang kekhawatiran pertumbuhan permintaan adalah pendorong bagi pasar ke level tertinggi lima bulan ini," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig pengeboran minyak untuk pertama kalinya dalam tiga minggu karena perkiraan pertumbuhan produksi dari serpih, ladang minyak terbesar di negara itu, terus menyusut.

Jumlah rig AS, indikator awal produkis masa depan, turun delapan rig pada pekan yang berakhir 18 April, kata perusahaan jasa energi General Electric Co Baker Hughes dalam laporan mingguannya, yang dirilis sehari lebih awal karena libur Jumat Agung.

Minyak tahun ini telah didorong kesepakatan yang dicapai oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, untuk membatasi produksi minyak mereka sebesar 1,2 juta barel per hari.

Pasokan global semakin diperketat oleh sanksi-sanksi AS terhadap anggota OPEC, Venezuela dan Iran.

Ekspor minyak mentah Iran telah jatuh pada April ke level harian terendah tahun ini, data tanker menunjukkan dan sumber-sumber industri mengatakan, menunjukkan pengurangan minat pembeli menjelang tekanan lebih lanjut dari Washington.

Data penjualan ritel dan laba yang kuat dari perusahaan-perusahaan industri AS menempatkan kekhawatiran perlambatan global, dipicu oleh survei manufaktur yang mengecewakan dari Asia dan Eropa, sebagai pemicu utama.

Namun, reli minyak pada Kamis (18/4/2019) tetap terkendali oleh kenaikan dolar AS, yang membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli global.

"Penguatan signifikan dalam dolar, terutama terhadap euro, cenderung membatasi minat beli," kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates, dalam sebuah catatan.

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019