Ada satu desa yang hingga saat ini masih terisolasi dari akses transportasi yaitu Desa Tondong Belang, akses menuju desa itu masih putus total
Kupang (ANTARA) - Kepala Pelaksana Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD), Provinsi Nusa Tenggara Timur, Thomas Bangke mengatakan satu desa di Kecamatan Mbeling, Kabupaten Manggarai Barat masih terisolasi karena putusnya akses transportasi akibat tanah longsor.

"Ada satu desa yang hingga saat ini masih terisolasi dari akses transportasi yaitu Desa Tondong Belang, akses menuju desa itu masih putus total," kata Thomas Bangke ketika ditemui Antara di Kupang, Selasa.

Desa Tondong Belang merupakan salah satu desa di Kabupaten Manggarai Barat yang ikut terdampak bencana alam tanah longsor yang melanda wilayah ujung barat pulau Flores itu pada Kamis (7/3) lalu.

Ia mengatakan, akses transportasi menuju desa ini masih putus total karena masih terdapat longsoran sehingga tidak bisa dilintasi kendaraan termasuk kendaraan yang akan mendistribusikan bantuan logistik.

Kendaraan bantuan logistik belum berhasil masuk ke Desa Tondong Belang untuk mendistribusikan bantuan karena ruas jalan masih ditutupi material longsoran.

Menurut mantan Kepala Dinas Koperasi Provinsi NTT itu, tim SAR dari unsur TNI/Polri, BPBD, Tagana dan masyarakat terpaksa mendistribusikan bantuan logistik dengan berjalan kaki sepanjang 2 km menuju Desa Tondong Belang.

"Kondisi jalan yang penuh dengan material longsoran menjadi kendala dalam distribusi bantuan bagi korban bencana menuju Desa Tondong Belang. Akses yang bisa dilakukan hanya dengan jalan kaki sehingga distribusi logistik dilakukan dengan cara dipikul dengan jalan kaki sepanjang 2 km," kata Thomas.

BPBD NTT mengapresiasi masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat yang sangat aktif membantu tim SAR mendistribusikan bantuan dengan cara memikul semua bantuan logistik untuk korban bencana di Desa Tondong Belang. 

Baca juga: Distribusi bantuan ke pengungsi Culu NTT harus dipikul

Baca juga: Tim SAR sudah temukan seluruh korban longsor di Manggarai Barat

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019