Diskusi dan tukar pengalaman yang diseenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) ini diikuti oleh 49 orang dari berbagai institusi dan 11 jurnalis lokal sebagai observer.
Palu, Sulteng (ANTARA) - Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bersama instansi terkait menggelar pelatihan manajemen jenazah korban bencana alam yang dilanjutkan dengan sesi praktek pencarian dan pemulihan jenazah.

"Diskusi dan tukar pengalaman yang diselenggarakan di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) ini diikuti 49 orang dari berbagai institusi dan 11 jurnalis lokal sebagai observer," kata Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Alexandre Faite, Selasa (5/3).

Menurut dia, ICRC mengadakan kegiatan tersebut bukan untuk menggurui tetapi untuk belajar dari pengalaman respon bencana di Sulteng. Sebab dengan adanya pengalaman tersebut pihaknya bisa bekerja sama dalam mengembangkan dan merumuskan kembali beberapa panduan tanggap bencana berskala besar di bidang manajemen jenazah.

Dalam kegiatan ini pihaknya sengaja menggandeng TNI, Polri, Dinas Sosial, BPBD, akademisi, Palang Merah Indonesia (PMI), Dompet Dhuafa dan beberapa institusi dan organisasi lain. Rangkaian kegiatan ini juga difasilitasi pakar forensik ICRC Eva Bruenisholz.

Pihaknya mengapresiasi atas upaya dan kerja keras semua pihak terkait penanganan jenazah pascabencana di Palu. Dia menekankan bahwa diskusi dan sharing ini penting bagi ICRC untuk mendengar pengalaman dari semua pihak yang terlibat langsung di lapangan.

Pada sesi praktek pencarian dan pemulihan jenazah berdasarkan pada panduan yang disusun bersama-sama oleh beberapa organisasi internasional, termasuk ICRC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Sesi ini diikuti oleh para relawan dan memperkenalkan kepada peserta tentang praktek dan standar pencarian dan pemulihan jenazah yang sudah diterima secara internasional," katanya menambahkan.

Sementara, Eva Bruenisholz mengatakan sesi tersebut penting bagi responden pertama karena mereka adalah aktor utama di lapangan pada saat bencana. Peran responden pertama menentukan keberhasilan untuk mengidentifikasi korban, terutama ketika korban dalam jumlah yang sangat besar dan bergantung pada langkah-langkah yang ditempuh.

"Dalam beberapa dekade terakhir, forensik, terutama manajemen jenazah menjadi perhatian ICRC. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan, kami memastikan agar jenazah orang-orang yang meninggal pada saat konflik atau bencana atau bermigrasi diperlakukan dengan penuh hormat dan bermartabat," katanya.

Pada acara tersebut juga dihadiri Pengurus Pusat Bidang Relawan PMI Muhammad Muas dan Asisten I Bidang Kesra Pemda Provinsi Sulawesi Tengah Mohammad Faizal.***3***
 

Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019