Jakarta (ANTARA) - Deputi I Koalisi Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Kawali) Adrie Chaviandi menyarankan pemerintah pusat mengkaji ulang pembangunan fasilitas pengolahan sampah dalam kota (Intermediate Treatment Facility/ITF) Sunter di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Adrie, saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan minimal Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Kesehatan menelaah kembali penggunaan teknologi pembangkit listrik tenaga sampah pada fasilitas tersebut.

"Kementerian Perindustrian harus juga mengecek teknologi insinerator, pembakar sampah, yang beredar di Indonesia bekerja sama dengan KLHK dan Kemenkes, karena bicaranya soal baku mutu atau ambang batas tenggang pencemaran dan kesehatan," ujar pemerhati sampah anorganik itu.

Adrie menjelaskan residu pengolahan sampah menjadi listrik di ITF Sunter bisa membawa dampak yang membahayakan kesehatan warga sekitar, antara lain karena mengandung senyawa berbahaya seperti dioksin dan furan.

"Kalau ada yang bilang mengandung dioksin dan furan menyebabkan kanker dan lain sebagainya, sekarang juga sudah ada tetapi kadarnya tipis. Kajiannya juga harus dicek sebelum dan setelah ada insinerator sehingga masyarakat teredukasi," kata dia. 

Selain itu, Adrie menyarankan otomatisasi insinerator dalam pembangkit listrik tenaga sampah seperti yang diterapkan di Jepang.

Menurut dia, insinerator sampah di Jepang bisa mati dengan sendirinya saat hasil pembakaran sampah tinggi, melampaui ambang batas yang dapat ditoleransi oleh manusia di sekitarnya.

Peletakan batu pertama pembangunan ITF Sunter di lahan Unit Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup seluas 3,05 hektare dilakukan pada 20 Desember 2018. 

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng badan usaha milik daerah PT Jakarta Propertindo dan perusahaan Fortum dari Finlandia dalam pengerjaan proyek tersebut, yang diperkirakan selesai dalam waktu dua tahun.

Pada Jumat ini, proyek pembangunan fasilitas tersebut belum terlihat dimulai. Pekerja proyek tidak terlihat di sekitar kawasan peletakan batu pertama pembangunan ITF Sunter. Tetapi telah berdiri satu bangunan dari kontainer yang dijadikan kantor.

Tidak jauh dari lokasi tersebut, ada lahan yang difungsikan sebagai tempat parkir ekskavator dan truk sampah milik Dinas Lingkungan Hidup.

ITF Sunter dirancang bisa mengolah sampah sampai 2.200 ton per hari.  Sementara total sampah yang dihasilkan Jakarta per hari mencapai 7.000 ton.

Pengolahan 2.200 ton sampah per hari akan mengurangi jumlah sampah Jakarta yang masuk ke tempat pembuangan sampah terpadu Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.

Namun pengolahan sampah di ITF Sunter, yang ditargetkan menghasilkan 35 megawatt listrik, akan menyisakan residu 10 persen.


Baca juga: BPPT asistensi Jakpro pilih teknologi tempat pengolahan sampah penghasil listrik
Baca juga: Anies lakukan peletakan batu pertama ITF Sunter
Baca juga: ITF Sunter dirancang penuhi standar lingkungan Uni Eropa

 

Pewarta: Virna P Setyorini/Devi Nindy
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019