Saya tidak tahu ini DBD atau apa, saya juga tidak bertanya, soalnya saat kritis saya sudah bingung, hanya memikirkan anak saja bagaimana biar cepat sembuh."
Jakarta (ANTARA News) - Seorang gadis kecil berusia tujuh tahun warga Kalideres, Jakarta Barat, meninggal dunia karena diduga terjangkit Deman Berdarah Dengue (DBD).

Neta Maria Dinata, anak kedua pasangan Parnomo (38) dan Sri Supriyatini Kusumawati (45), tidak terselamatkan meski telah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Hermina, Cengkareng. 

Parnomo mengatakan jika Neta dilarikan ke RS Hermina Cengkareng pada Sabtu (9/2) sore, karena putrinya menderita demam yang cukup tinggi

"Masuk rumah sakit itu Sabtu sore, pas dibawa itu sebenarnya sudah turun panasnya, panas tinggi justru malah Senin, Selasa," kata Parnomo kepada media, Jumat (15/2).

Parmono mengatakan putrinya mengalami demam tinggi dan muntah-muntah. Deman tinggi anaknya terjadi selama dua hari dan kemudian mereda.

Sebenarnya Neta akan dirawat di ruang ICU, namun tidak terlaksana karena kondisi ruang ICU penuh. Pada Kamis (14/2) Neta mengalami kritis, namun baru mendapat tempat di ICU pada Jumat (15/2).

"Saya tidak tahu ini DBD atau apa, saya juga tidak bertanya, soalnya saat kritis saya sudah bingung, hanya memikirkan anak saja bagaimana biar cepat sembuh," ujarnya.

Kepergian Neta meninggalkan kesedihan mendalam bagi anggota keluarga, bahkan beberapa kerabat yang datang ke rumah duka di Jl. Madrasah RT03/01 Kalideres, tak kuasa menahan tangis.

Saat jenazah dimakamkan di pemakaman Citra 1, Kalideres Jakarta Barat, Sri tak kuasa menahan air mata sambil berkali-kali mengelus makam putrinya

Sri bahkan harus dibantu anggota keluarganya untuk meninggalkan lokasi pemakaman usai jenazah dimakamkan.
 
Pemakaman Neta Maria Dinata (7), warga Kalideres yang diduga meninggal karena terjangkit DBD. (istimewa)


Sedangkan Parmono berusaha tegar meski duka akibat kepergian putri kesayangannya tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.

Parnomo mengaku telah mengikhlaskan kepergian putrinya, meski hal itu sangat berat bagi dirinya. Namun jika, memang anaknya terkena DBD ia berharap pemerintah segera mengatasi masalah ini agar tidak lagi menimbulkan korban.

"Ya mungkin sudah takdir, sudah kehendak Tuhan, walau kita juga sudah ikhtiar, kita cuma bisa mengikhlaskan saja," katanya.

Lurah Kalideres Muhammad Fahmi yang turut hadir di rumah duka belum dapat memastikan apakah korban meninggal dunia karena DBD, meski demikian pihaknya masih menyelidiki apakah korban meninggal dunia karena DBD.

"Kami belum tahu apakah ini DBD, dan pihak keluarga sendiri juga belum tahu, kehadiran saya di sini sebagai lurah yang ingin menjenguk warganya," kata Fahmi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kalideres ada 27 orang yang terjangkit DBD, pihaknya juga terus memberikan sosialisasi kepada warganya untuk mencegah merebaknya wabah DBD.

"Kita sudah melakukan sosialisasi kepada warga, dan membentuk kader Jumantik dasawisma, dan kemudian kita juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) setiap hari sejak Januari hingga saat ini," ucapnya. 

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019