Jakarta (ANTARA News) - Pajanan polusi udara di perkotaan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit kanker paru apabila terakumulasi di tubuh seseorang secara terus menerus dalam jangka panjang.

"Berdasarkan data internasional, sekitar 3-5 persen penderita kanker paru berhubungan dengan pajanan polusi udara," kata Ketua Departemen Paru Fakultas Kedokteran UI RSUP Persahabatan DR dr Agus Dwi Susanto Sp.P(K), FAPSR, FISR saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Bahkan data hasil penelitian di RSUP Persahabatan pada 2013 terhadap 300 penderita kanker paru yang terbukti, sebanyak 4 persen pasien biasa terpajan polusi udara. "Sekitar 12 dari 300 orang, penyebab kankernya itu berhubungan dengan polusi udara," jelas Agus.

Dia menerangkan saat ini salah satu yang menjadi pembahasan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa kanker bisa muncul karena dampak dari polusi udara. Polutan yang paling berpengaruh terhadap penyakit kanker ialah particulat matter (PM) 2,5 atau partikel halus dengan ukuran di bawah 2,5 mikron yang bisa masuk ke dalam organ-organ dalam tubuh manusia.

"PM 2,5 kalau terhirup dari saluran napas, selama kontinyu dia akan merangsang terjadinya perubahan sel yang ada di dalam saluran napas dan paru dari yang normal menjadi abnormal, terjadilah dia kanker," kata Agus.

Agus yang merupakan Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan PM 2,5 dianggap partikel yang bersifat iritasi dan sebagian partikel-partikel tersebut bersifat karsinogen.

Selain berpengaruh terhadap perubahan sel normal menjadi sel kanker, PM 2,5 juga dikaitkan dengan peningkatan kejadian penyakit jantung dan stroke.

Oleh karena itu Agus menyarankan agar masyarakat bisa melakukan pencegahan dampak buruk dari polusi udara. Utamanya, kata Agus, mulai dari individu dengan menjaga pola hidup sehat guna membangun imunitas tubuh yang optimal.

"Dengan pola hidup sehat daya tahan tubuh kita sehat, imunitas kita lebih bagus, fungsi imun untuk menangkal bahan-bahan berbahaya dari luar bisa maksimal," kata Agus.

Dia menyarankan agar masyarakat juga menghindari terlalu lama berada di luar pada wilayah dan saat terjadi polutan tinggi, menggunakan masker dan rutin berolahraga.

Agus menyarankan masyarakat berolahraga setiap akhir pekan di tempat yang memiliki kadar oksigen tinggi untuk menyeimbangi polutan yang terhirup selama hari bekerja. 

Baca juga: "Balita paling rentan terkena dampak asap"

Baca juga: Greenpeace aksi pasang peringatan kualitas udara Jakarta

 

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019