Saya titip betul bahwa yang namanya fitnah dan hoaks harus diluruskan agar perpecahan dan gesekan bisa kita hindari
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa fitnah dan hoaks yang akhir-akhir ini menyembur kencang termasuk di Indonesia,  harus diluruskan untuk menghindari perpecahan bangsa Indonesia. 

"Saya titip betul bahwa yang namanya fitnah dan hoaks harus diluruskan agar perpecahan dan gesekan bisa kita hindari," kata Presiden Jokowi saat silahturahim dengan kiai, habib dan ustad se-Jadetabek di Istana Negara Jakarta,  Kamis.

Ia menyebutkan semburan berita-berita fitnah, hoaks yang tiada henti, akhir-akhir ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga negara lain. 

Fenomena itu terjadi karena keterbukaan media sosial. Jika dulu koran bisa diedit oleh redaktur, sekarang semua warga masyarakat bisa membuat berita dan opini sendiri.  

Presiden Jokowi menyebutkan PM Malaysia  kepada dirinya menyampaikan hal yang sama mengenai semburan fitnah dan hoaks. 

"Sultan Brunei juga menyampaikan hal yang sama,  kemudian presiden dan PM di Eropa menyampaikan hal yang sama, juga para emir dan raja di Timteng menyampaikan hal yang sama, karena medsos tidak bisa kita hambat dan larang," katanya. 

Menurut Presiden,  yang terpenting saat ini adalah bagaimana  membentengi pribadi warga dengan budi pekerti yang baik, karakter Islam yang baik, karakter keindonesiaan yang baik, tata krama yang baik, dan nilai agama yang baik. 

"Saya kira bentengnya itu, bukan dilarang atau diblok karena malah akan makin viral lagi bahasa medsosnya," katanya. 

Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu,  banyaknya peristiwa pilitik cukup merepotkan dalam upaya meredam hoaks dan fitnah. 

"Di negara kita ini terlalu banyak peristiwa politik, ada pilihan  bupati, ada pilihan  wali kota, ada pilihan gubernur, ada pilihan presiden," katanya. 

Ia menyebutkan tidak ada di dunia ini sebanyak Indonesia peristiwa politiknya. Dulu sebelum digabung pelaksanaan pilkada,  hampir setiap hari ada pemilihan kepala daerah. Namum sekarang sudah digabung sehingga agak berkurang.  

"Saya hanya ingin menyampaikan  bahwa sebetulnya kalau kematangan dan kedewasaan dalam berpolitik sudah matang, yang namanya hoaks tidak masalah," katanya. 

Problemnya, lanjutnya, masyarakat Indonesia saat ini sedang menuju kedewasaan dalam berpolitik sehingga seringkali berita fitnah sangat mengguncangkan masyarakat dan sangat mempengaruhi kenyamanan masyarakat. 

"Termasuk hal-hal yang berkaitan dengan politik ya, dengan saya," katanya. 

Di hadapan ratusan kiai dan habib, Jokowi kemudian memberi verifikasi mengenai fitnah dan hoaks yang menimpa dirinya. 

"Saya berikan contoh soal Presiden Jokowi PKI, ada lagi Presiden Jokowi antek asing, antek aseng, ada lagi Presiden Jokowi anti ulama dan melakukan kriminalisasi ulama," katanya. 

Presiden kemudian memberikan penjelasan panjang lebar mengenai berita yang tidak benar tersebut.

"Saya blak-blakan saja,  namanya manusia kalau khilaf ya minta maaf. Kalau hendak, ya saya hampir 4,5 tahun diam dan sabar saja, namun sekarang saya perlu menjawab. Menjawab itu bukan marah ya," katanya. 

Presiden kemudian mencontohkan kasus di Afghanistan yang diwarnai dengan konflik antarfaksi yang tidak pernah berhenti sejak puluhan tahun lalu. 

"Kita pernah kedatangan tamu Presiden Afghanistan dan ibu negaranya. Saya pernah juga ke Kabul," katanya. 

Menurut dia,  Indonesia ingin membantu menyatukan faksi-faksi di Afghanistan yang saat ini dalam posisi konflik. 

"Namun memang tak mudah, kami sudah melakukan sembilan kali pertemuan tertutup baik dengan faksi pemerintah, Taliban atau dengan yang di Pakistan. Semua pertemuan kami lakukan tertutup," jelasnya.  

Menurut dia,  dalam kondisi konflik, terjadi perang, maka pertama-tama yang dirugikan adalah anak-anak dan kedua perempuan. 

"Saya ajak ulama agar bisa memberikan wejangan dan tausiyah kepada umat, kepada santri, mengingatkan masalah-masalah yang bisa timbul atau muncul," katanya. 

Ia mengingatkan konflik sering muncul bersamaan dengan pilkada,  pileg,  pilpres,  yang harus disikapi dengan dewasa. 

"Kalau ada pemilihan, gampang saja tinggal lihat prestasi,  pengalamannya, programnya apa,  idenya apa. Silakan beda pilihan, gakpapa, tapi jangan ngomporin fitnah yang menyesatkan," katanya. 

Ia menyebutkan dirinya selalu mengajak masyarakat dewasa dalam memilih pemimpin.

Baca juga: Presiden Jokowi silaturahim dengan kiai-habib se-Jadetabek

Baca juga: Presiden: Usulan revisi remisi Susrama masih dalam proses

Baca juga: Jokowi ungkap alasan ketuai Komite Nasional Keuangan Syariah

Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019