Jakarta (ANTARA News) –  Menteri Negara Urusan Peranan Wanita periode 1987-1993 Anindyati Sulasikin Murpratomo yang akrab disapa Ibu Mur menjadi inspirasi bagi perjuangan perempuan.

"Kepergian almarhumah memberikan kesedihan dan duka mendalam bagi kita semua, khususnya bagi keluarga yang ditinggalkan. Namun, kita harus menerima secara ikhlas karena ini sudah merupakan keputusan dan kehendak Tuhan YME. Saya berharap kita semua dapat melanjutkan perjuangan almarhumah untuk memajukan perempuan Indonesia,” kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise.dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis.

Ibu Mur wafat pada usia 91 tahun, Rabu (23/1) akibat sakit. Yohana Yembise memimpin prosesi pemakaman jenazah dengan tata cara penghormatan militer di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. 

Upacara kebesaran ini dilaksanakan sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pemerintah atas jasa, darma bhakti dan pengabdian almarhumah kepada bangsa dan negara semasa hidupnya.  

Anindyati Sulasikin Murpratomo merupakan Menteri Urusan Peranan Wanita (UPW) Kabinet Pembangunan IV dan V (periode 1987-1993) pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. 

Sulasikin pertama kali menjabat sebagai menteri pada periode 1987-1988 menggantikan Lasiah Soetanto di Kabinet Pembangunan IV. 

Selanjutnya, Sulasikin kembali menjabat posisi yang sama pada 1988-1993 di Kabinet Pembangunan V. Selain di kabinet, sebelumnya pada 1983, ia terpilih menjadi salah seorang ketua di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golongan Karya (1983-1998).

 Se;ain itu, pelaksana tugas sebagai pucuk pimpinan Kowani dan sebagai salah seorang pengurus Golkar, di samping sebagai anggota MPR/DPR. 

Semasa hidupnya, almarhumah menjadi pelopor perlindungan anak dan pejuang kesetaraan hak perempuan dan laki-laki melalui pemikiran dan langkah-langkahnya. Ia konsisten dalam alur perjuangan bagi kemajuan perempuan melalui berbagai organisasi perempuan yang diikutinya. 

Langkah-langkah penting yang diambilnya semasa menjabat sebagai Menteri UPW adalah pemantapan Mekanisme P2W di tingkat nasional dan daerah, pengembangan Pusat Studi Wanita, peningkatan penggunaan Air Susu Ibu (ASI), khususnya upaya memerangi promosi susu formula untuk bayi di bawah usia 4 – 6 bulan.

Dia juga yang memulai upaya khusus Peningkatan Kesejahteraan Ibu yang bertujuan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang jumlahnya cukup tinggi di Indonesia. Yang telah dimulainya itu kemudian dilanjutkan oleh Gerakan Sayang Ibu pada Pelita VI. 

Hal yang paling penting dan menantang yang dilakukan Ibu Mur adalah pengenalan secara resmi konsep Jender dan Pembangunan dan Pemberdayaan Wanita sebagai paradigma baru pembangunan perempuan. 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019