Jakarta, (ANTARA News) - Berdasarkan posisi dan kedalaman pusat gempa, maka kejadian gempa bumi di Sulawesi Tengah tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar aktif pada zona sesar Palu-Koro yang berarah barat laut - tenggara.

Data dari Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipantau Antaranews di Jakarta, Sabtu, menyebutkan tim tanggap darurat bencana diberangkatkan untuk memantau langsung kondisi pasca gempa. 

Dilihat dari kondisi geologi sekitar, goncangan gempa bumi telah melanda daerah Kabupaten Donggala. Wilayah di sekitar pusat gempa pada umumnya disusun oleh batuan berumur pra tersier, tersier dan kuarter. 

Batuan berumur pra Tersier dan Tersier tersebut sebagian telah mengalami pelapukan. Batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan dan endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek goncangan gempa, sehingga rawan terhadap goncangan.

Masyarakat dihimbau untuk tetap tenang dan mengikuti arahan serta informasi dari petugas BPBD setempat. 

Masyarakat agar tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan, yang energinya lebih kecil dari kejadian gempabumi utama.

Telah terjadi gempa bumi utama dengan kekuatan M7,7 pada tanggal 28 September 2018, pukul 17:02:44 WIB, dengan episenter pada koordinat 119,85 derajat BT; 0,18 derajat LS, dan kedalaman 10 km, yang diawali dengan kejadian gempa awal dan diikuti oleh serangkaian kejadian gempa susulan di daerah Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

Baca juga: Pertamina kirim tim tingkatkan pasokan BBM Palu

Baca juga: Kapal Pelni aman dari dampak Gempa Palu


Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018