Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Komisaris Jenderal Polisi Suhardi Alius, menegaskan, teror yang beberapa kali terjadi bukanlah hasil rekayasa sebagaimana dipropagandakan di media sosial.

"Bapak-bapak dan ibu-ibu ini termakan hoaks juga karena mendapatkan info itu dari media sosial," kata dia, dalam Silaturahmi Nasional Forum Komunikasi dan Konsultasi Badan Pembina Rohani Islam Nasional yang diikuti para pembina rohani Islam dari kantor kementerian/nonkementerian, TNI, Kepolisian Indonesia, dan BUMN.

Dalam sesi tanya-jawab ada beberapa peserta yang mempertanyakan informasi yang beredar luas di masyarakat melalui media sosial bahwa aksi terorisme yang terjadi di Indonesia adalah rekayasa elit politik ataupun aparat.
 
Menanggapi pertanyaan itu, dia menyatakan, merekayasa aksi teror dengan mengorbankan orang begitu banyak sangat tidak masuk akal.

"Tidak mungkin mengorbankan aparat atau kawan sendiri untuk melakukan aksi teror itu. Sangat berdosa sekali kalau kami melakukan itu," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, perlu informasi atau berita yang benar dan pemahaman yang cukup untuk mengetahui kejadian teror itu secara utuh, terutama bagi mereka yang menjadi panutan publik.

Ia berharap informasi dan masukan yang ia sampaikan membuat pembina rohani Islam mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dibagikan di lingkungan tempat kerja masingmasing.

"Supaya tetap sejuk. Kita jalankan ajaran kita dengan baik, tapi juga tidak melupakan kebinekaan yang kita miliki dan jati diri bangsa kita ini," kata mantan sekretaris utama Lembaga Ketahanan Nasional ini.

Ketua Umum Forum Komunikasi dan Konsultasi Badan Pembina Rohani Islam Nasional, Prof KH Ridwan Muhammad Yusuf, mengatakan, anggapan teror merupakan rekayasa memang harus diluruskan.

Ia pun berharap seluruh organisasi umat Islam, apa pun bentuknya, memahami cara menghalau paham radikalisme dan terorisme agar tidak memasuki organisasi masing-masing.

"Karena radikalisme, terorisme itu bisa menghancurkan kita. Tidak ada ajaran agama yang mengarah kepada kekerasan yang seperti itu," katanya.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018