Pemerintah Kerajaan Arab Saudi akan menjadi tuan rumah untuk suatu prosesi ibadah terbesar di dunia yang mengundang sekitar tiga juta Muslim dari seluruh dunia.

Selama enam hari, yakni mulai tanggal 8 - 12 Dzulhijjah (19 - 23 Agustus 2018), tiga juta Muslim akan menunaikan ibadah haji yang juga merupakan salah satu dari Lima Rukun Islam.

Prosesi haji, yakni wukuf di Arafah, bermalam di Muzdalifah, melempar jumrah di Jamarat, bermalam di Mina, serta tawaf dan sa`i di Masjidil Haram akan dilaksanakan oleh tiga juta Muslim dalam waktu bersamaan.

Tiga juta Muslim tersebut berasal dari berbagai negara di seluruh penjuru dunia dengan beragam latar belakang budaya, bahasa, kelas sosial dan usia. Mereka juga memiliki kondisi fisik yang berbeda. Di antara tiga juta Muslim tersebut ada yang harus menggunakan kursi roda atau alat bantu lainnya, tak mampu melihat, mendengar, dan berbicara dengan sempurna, serta memiliki keterbatasan fisik lainnya.

Namun, seluruh prosesi haji wajib mereka tunaikan guna menyempurnakan ibadah yang telah berlangsung selama lebih dari 14 abad tersebut. Mereka akan bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya secara serempak pada waktu yang tepat dan tidak boleh meleset.


"Crowd management"

Mengelola pelaksanaan haji dan memastikan agar seluruh prosesinya berjalan baik, serta aman dan nyaman bagi seluruh jamaah, tanpa terkecuali, merupakan tantangan besar bagi Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Karenanya, Pemerintah Kerajaan menerapkan "crowd management system" atau sistem pengendalian keramaian dengan teknologi mutakhir yang diklaim oleh Kepala Pasukan Keamanan Haji dan Umrah, Mayor Jenderal Muhammad bin Wasl Al-Ahmadi, sebagai sesuatu yang unik karena kondisi yang dihadapi selama pelaksanaan haji serta penanganannya tidak akan ditemukan di tempat lain di seluruh dunia.

Sistem pengendalian keramaian tersebut diterapkan di dua Kota Suci Islam, Mekkah dan Madinah dengan konsep, teknologi dan sumberdaya manusia yang seluruhnya berasal dari dalam negeri Kerajaan.

Menurut Mayjen Al-Ahmadi, misi pengawasan dan pengendalian keramaian yang dilaksanakan oleh pasukan keamanan haji dan umrah itu didukung oleh ribuan kamera yang dipasang di setiap titik di kompleks Masjidil Haram dan sejumlah lokasi pelaksanaan haji lainnya di Mekkah.

Kegiatan pengawasan dilakukan sepanjang hari selama 24 jam dari dalam ruang pengendalian operasi dengan sistem global. Seluruh pejabat dan pemimpin lembaga pemerintah terkait selalu hadir untuk memastikan kegiatan pengawasan tersebut berjalan lancar dan siap untuk menghadapi potensi ancaman yang setiap saat bisa muncul.

Mayjen Al-Ahmadi mengatakan pasukan khusus tersebut memiliki kekuatan yang sangat memadai serta menerapkan beragam strategi yang disusun dengan perhitungan yang sangat matang.

Pasukan khusus pengendalian keramaian haji dan umrah tersebut terlatih untuk menangani semua jenis keadaan darurat serta risiko yang bisa menimpa siapa saja dan terjadi kapan saja.

Mayjen Al-Ahmadi menekankan bahwa kegiatan pengawasan dan pengendalian keramaian di dua Kota Suci dijalankan dalam perlindungan Allah subhanahu wa ta`ala, sehingga seluruh sistem diterapkan oleh pasukan dengan disiplin tinggi dalam memerhatikan setiap detail guna mencegah kecelakaan di Masjidil Haram.


Sistem elektronik

Saat pelaksanaan ritual haji, tiga juta orang akan bergerak bersama dari satu tempat ke tempat lain melalui jalur-jalur yang luasnya sangat terbatas.

Kepala Pasukan Khusus Keamanan Masjidil Haram, Mayor Jenderal Abdullah bin Mohammad Al-Aseemi menekankan bahwa hal yang sangat krusial dalam pergerakan jamaah haji tersebut adalah ketika ada dari mereka yang berhenti walau hanya beberapa detik.

"Karena itu misi kami adalah mengendalikan kecepatan pergerakan jamaah dengan memerhatikan setiap detail di setiap titik, termasuk di setiap pintu-pintu masuk masjid," kata dia, seraya menambahkan pasukan khusus tersebut juga memastikan agar setiap individu menjalankan seluruh ritual dengan disiplin dan mematuhi aturan yang berlaku.

Mayjen Al-Assemi menambahkan bahwa jika terjadi kemacetan di suatu titik, maka dalam hitungan detik pasukan khusus tersebut akan segera mendatangi lokasi itu dan memulihkan kondisi dalam waktu singkat.

Salah satu tempat keramaian yang menjadi perhatian besar dari pasukan khusus keamanan adalah saat jamaah haji berada di Jamarat untuk melempar jumrah.

Mayjen Al-Assemi menjelaskan bahwa pusat kendali keamanan terus memantau jumlah jamaah haji yang datang di Jembatan Rami al-Jamarat untuk melaksanakan ritual melempar jumrah, yakni ritual melempar tujuh butir kerikil ke arah tiang yang menyimbolkan setan.

Kini, jembatan tersebut terdiri dari lima lantai yang salah satunya disediakan khusus bagi jamaah yang berkebutuhan khusus.

Di pusat kendali, pasukan khusus memantau kehadiran mereka melalui layar-layar monitor yang menampilkan setiap gerak dan penambahan jumlah jamaah. Hal ini dilakukan guna memastikan jamaah haji selalu dalam kondisi aman dan nyaman, serta mencegah mereka dari potensi kecelakaaan.

Selain di Jamarat, ritual mengelilingi Ka`bah sebanyak tujuh kali atau tawaf juga merupakan kegiatan haji yang selalu dalam pengawasan pasukan khusus secara detil. Teknologi elektronik yang dipasang di Kompleks Masjidil Haram akan memantau pergerakan 170.000 jamaah yang melaksanakan tawaf per jam.

Saat mataf (daerah di sekitar Ka`bah untuk melaksanakan tawaf) terisi penuh, keramaian akan digeser ke lantai pertama, di mana tersedia pula jalur khusus bagi orang-orang cacat dan lanjut usia. Untuk memastikan pergerakan jamaah berjalan tertib dan menghindari kepanikan, pintu internal dan eksternal terpisah yang terdapat di mataf dikendalikan pasukan khusus dengan sistem elektronik.

Dengan bertambahnya jumlah jamaah haji dari tahun ke tahun, pasukan khusus keamanan di Masjidil Haram juga bertugas membantu jamaah haji yang berkebutuhan khusus dan lanjut usia guna memastikan mereka dapat menunaikan seluruh ritual haji dengan aman dan nyaman.

Upaya yang dikerahkan oleh Pemerintah Kerajaan dalam melayani para tamu Allah di Baitullah selama musim haji tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Visi Arab Saudi 2030 yang ingin menjadikan Saudi sebagai jantung dunia Islam. (KR-LWA)

 

Pewarta: Libertina W. Ambari
Editor: Bambang Purwanto
Copyright © ANTARA 2018