Untuk perkebunan ada beberapa tanaman yang mengalami penurunan, seperti kelapa sawit, kopi, tembakau dan cengkih
Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa nilai tukar petani (NTP) nasional turun 0,37 persen pada Juli 2018 menjadi 101,66 jika dibandingkan dengan Juni yang sebesar 102,04, didorong oleh penurunan pada subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan.

"Untuk perkebunan ada beberapa tanaman yang mengalami penurunan, seperti kelapa sawit, kopi, tembakau dan cengkih," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu.

NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Penurunan pada subsektor tanaman pangan tercatat sebesar 0,62 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,88 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,33 persen. Sementara itu beberapa subsektor yang mengalami kenaikan adalah hortikultura sebesar 0,41 persen dan subsektor peternakan sebesar 0,77 persen

Pada bulan tersebut, NTP Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami kenaikan tertinggi yakni 1,10 persen dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Banten mengalami penurunan terbesar yakni 2,11 persen.

Sementara itu, juga terjadi inflasi perdesaan di Indonesia sebesar 0,82 persen disebabkan oleh naiknya indeks di seluruh kelompok penyusun Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT), dengan kenaikan terbesar pada Kelompok Bahan Makanan.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional Juli 2018 tercatat sebesar 111,55 atau naik 0,04 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

Baca juga: BPS: pengguna angkutan udara naik 16,26 persen

Baca juga: Telur ayam penyumbang terbesar inflasi, kata BPS


 

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2018