Malang, Jawa Timur (Antara News) -- Tak jarang rasanya, inovasi lahir dari keprihatinan seseorang melihat permasalahan di lingkungan sekitarnya. Hal ini lah yang dirasakan oleh Apriliawan Hadi ketika ia mengetahui masyarakat di desanya, yang mayoritas adalah peternak sapi perah, terus mengeluhkan susu sapi yang mereka produksi tak bertahan lama alias cepat basi meskipun telah melalui proses pasteurisasi. Hal ini menyebabkan, susu dibeli dengan harga murah.
 
Berbekal ilmu yang ia peroleh selama mengenyam pendidikan di jurusan Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Hadi mengembangkan teknologi pasteurisasi yang ia beri nama Sulis (Susu Listrik). Teknologi ini didasarkan pada metode Pulse Electric Field (PEF) yang memungkinkan lebih dari 98 persen bakteri dalam susu mati, tanpa mengurangi kandungan nutrisi, sehingga susu dapat bertahan hingga satu minggu lamanya.
 
"Prosesnya tidak menggunakan panas tinggi melainkan panas medium saja sehingga kualitas susu masih sangat bagus. Selain itu, teknologi ini menggunakan sistem plasma listrik tegangan tinggi yang dapat membunuh bakteri jahat dalam susu sehingga susu akan jauh lebih awet," ujar pria berusia 29 tahun ini saat dihubungi Antara.
 
Adapun cara kerja mesin ini, susu akan dipanasi terlebih dahulu pada suhu 50 derajat celcius, kemudian akan melewati proses kejut listrik yang akan membunuh berbagai jenis bakteri jahat dalam susu seperti E. Coli, Klebsiella, Shigella, Enterobacter, dan Staphylococcus Aureus. Meskipun demikian, kandungan protein dalam susu masih sangat tinggi, di kisaran 95 persen.
 
Dibandingkan sistem pasteurisasi konvensional yang memanaskan susu pada suhu mencapai 70 derajat celcius, tak hanya membunuh bakteri jahat dalam susu, tapi juga kandungan nutrisinya akan berkurang.
 
"Jika menggunakan sistem (pasteurisasi) biasa, susu hanya bertahan di suhu ruangan selama tiga hari. Kalau dengan susu listrik, bisa (bertahan) sampai seminggu," lanjutnya.
 
Untuk mencapai kesuksesan seperti saat ini, tentunya Hadi harus melewati berbagai kendala yang hampir memupus semangatnya untuk berkontribusi terhadap masyarakat.
 
Hadi menceritakan, dari sekian banyak kendala yang ia hadapi, hal yang paling membuatnya jatuh adalah saat ia ditipu oleh investor hingga ratusan juta rupiah.
 
"Saya tidak akan berada di titik sekarang ini jika saat itu ibu saya tidak berada di samping saya untuk terus menyemangati saya agar bangkit kembali," ujarnya.
 
Inovasi berdampak sosial
 
Manfaat dari inovasinya tersebut tak butuh waktu lama untuk segera dirasakan oleh masyarakat banyak, khususnya para peternak sapi perah di kampung halamannya di desa Sragi, Banyuwangi, Jawa Timur dan juga ratusan peternak sapi perah di kota Malang tempat Hadi merintis PT MaxZer Solusi Steril sebagai platform pengembangan bisnisnya sejak 2013.
 
Inovasi ini pun yang menjadikan Hadi sebagai salah satu penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2015 untuk bidang teknologi.
 
SATU Indonesia Awards merupakan ajang penghargaan yang didedikasikan untuk generasi muda yang tak kenal lelah memberi manfaat bagi masyarakat di seluruh penjuru tanah air.
 
Apresiasi diberikan kepada lima anak bangsa atas setiap perjuangan di bidang: Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, Kesehatan, Teknologi dan satu Kelompok yang mewakili lima kategori tersebut.
 
"SATU Indonesia Awards membangun bangsa lewat inovasi-inovasi berdampak sosial yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat luas dan secara berkesinambungan," katanya.
 
Pada tahun 2018, PT Astra Internasional Tbk kembali menyelenggarakan SATU Indonesia Awards, mengajak generasi muda yang memiliki kepedulian sosial dan lingkungan untuk berpartisipasi memberikan kontribusi yang terbaik bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
 
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang program SATU Indonesia Awards 2018, silakan kunjungi website www.satu-indonesia.com.
 


Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018