Saat sidang IMF dan Bank Dunia Oktober nanti di Bali, pemerintah ingin mengajukan proposal pembangunan LRT di tiga kota dengan harapan studi kelaikan sudah bisa difinalisasi."
Jakarta (ANTARA News) - IMF dan Bank Dunia berminat untuk terlibat mengembangkan pembangunan kereta api ringan atau LRT di Medan, Bandung dan Surabaya sebagai upaya solusi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di tiga kota itu.

"Saat sidang IMF dan Bank Dunia Oktober nanti di Bali, pemerintah ingin mengajukan proposal pembangunan LRT di tiga kota dengan harapan studi kelaikan sudah bisa difinalisasi," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi kepada pers usai membuka Rapat Kerja Nasional III 2018 Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) di Jakarta, Sabtu.

Dikatakan, sejumlah pihak asing memang sudah menyatakan keinginannya untuk membangun LRT di Indonesia karena memang dinilai memiliki nilai ekonomis.

Pemerintah, kata dia, memang sedang mendorong pihak asing termasuk swasta asing untuk ikut terlibat dalam membangun infrastruktur transportasi massal seperti LRT dan kereta api yang dinilai efektif mengurangi kepadatan di jalan raya.

Selama ini, dikatakan Menhub, sejumlah pihak asing sudah melirik dan menyatakan ingin terlibat dalam pembangunan sejumlah infrastruktur LRT dan kereta api di Indonesia.

"Saya contohkan swasta Jepang tertarik membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya yang nilainya fantastis hingga Rp60 triliun," kata Menhub.

Pembangunan LRT di Indonesia, kata Budi, selain diharapkan bisa kurangi kemacetan lalu lintas juga akan bisa merubah gaya hidup penduduk Indonesia untuk beralih ke transportasi massal.

Pemerintah tentunya menyambut baik keinginan IMF dan Bank Dunia terlibat dalam pembangunan LRT di Medan, Bandung dan Surabaya karena dipastikan industri kereta api nasional akan kena dampaknya dan makin dikenal di mata internasional.

"Produksi kereta Inka sudah mampu menembus pasar Bangladesh dan kita membuktikan karya anak bangsa sudah mampu berbicara di mata dunia," kata dia.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018