Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengumpulkan sejumlah rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk membahas penanggulangan radikalisme di lingkungan kampus.

"Rapat koordinasi ini bertujuan untuk menanggulangi radikalisme di lingkungan kampus," ujar Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.

Nasir menjelaskan rakor ini bertujuan untuk mensinergikan antara perguruan tinggi, kementerian dan juga Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Menurut dia, jangan sampai kampus terpapar radikalisme.

"Saya selalu meyakinkan bahwa kampus-kampus di Indonesia bebas dari radikalisme dan juga terorisme," tegas dia.

Dalam rakor tersebut, pihaknya juga meminta agar perguruan tinggi memaparkan program-program untuk mencegah pemaparan radikalisme di lingkungan kampus. Selain itu, Nasir juga meminta para rektor untuk memperkuat wawasan kebangsaan terutama di lingkungan kampus.

Baca juga: Cegah radikalisme di kampus, calon rektor didata ulang

Kepala BNPT, Suhardi Alius, mengatakan generasi muda harus dijaga dari radikalisme. Untuk itu pihaknya memberikan masukan pada pihak kampus dan apa solusinya jika kampus tersebut terpapar radikalisme.

"Kami memberikan informasi kepada para rektor dinamika kampus dan bagaimana mekanisme penyebaran radikalisme di lingkungan kampus," kata Suhardi.

Selain memberikan masukan kepada para rektor, BNPT juga berkunjung ke kampus-kampus memaparkan mengenai bahaya dari radikalisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pihaknya selalu menyampaikan mengenai masalah kebangsaan dan kemudian upaya pencegahan penyebaran paham radikal di kampus. Dengan demikian, Suhardi berharap mahasiswa memahami mengenai bahaya dari paham radikal itu.

Baca juga: Menristekdikti minta rektor cegah radikalisme masuk kampus

Pewarta: Indriani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018