Paris (ANTARA News) - Prancis pada hari Senin memberikan kewarganegaraan kepada pendatang gelap dari Mali yang memanjat bangunan blok apartemen Paris untuk menyelamatkan seorang bocah yang akan jatuh dari balkon lantai empat, kata Presiden Emmanuel Macron.

Beberapa video menunjukkan Mamoudou Gassama, 22, mempertaruhkan nyawanya pada Minggu saat dia memanjat balkon untuk menyelamatkan bocah empat tahun yang berpegangan di pagar dan melirik ke bawah, sementara penonton yang ketakutan menyaksikan.

Video itu tersebar dan Gassama, yang dijuluki "Spider-Man" karena telah mencapai bocah itu tepat pada waktunya, dengan cepat diundang untuk sebuah pertemuan di Istana Elysee.

"Saya melakukannya karena itu anak-anak," kata surat kabar Prancis "Le Parisien" mengutip Gassama. "Aku memanjat .... Syukurlah aku menyelamatkannya," ungkapnya.

Macron memberi selamat kepada Gassama atas tindakan luar biasanya dan mengatakan Prancis akan memberinya pekerjaan di layanan darurat.

"Kami jelas akan mengatur semua dokumen Anda dan jika Anda menginginkannya, kami akan memulai proses naturalisasi sehingga Anda bisa menjadi warga negara Prancis," tambahnya.

Para menteri mengatakan proses kewarganegaraan akan dipercepat, meskipun Gassama tidak dapat secara hukum diberikan kewarganegaraan segera.

Seperti di tempat lain di Eropa, kedatangan dari Afrika dan Timur Tengah telah memperjelas opini publik Prancis dalam beberapa tahun terakhir, mendorong munculnya partai-partai sayap kanan seperti Front Nasional.

Macron, yang telah dikritik pemilih sayap kiri karena mengambil sikap keras terhadap imigrasi sejak pemilihannya, kemungkinan juga berusaha mengirim pesan kepada pemilih Partai Sosialis dengan memberi sikap yang lebih ramah kepada seorang pendatang yang berjasa.

Gassama mengatakan kepada Macron bahwa dia mencoba menyeberangi Laut Tengah pada Maret 2014 untuk mencapai Italia, tetapi ditangkap polisi.

Eropa telah menghadapi krisis pendatang sejak 2015 setelah perang di Libya dan Suriah dan lebih dari 1 juta orang dari Afrika dan Timur Tengah berusaha mencapai benua Eropa melalui Turki atau laut.

Pemerintah Macron telah mengatakan ingin bersikap tegas dan adil pada kedatangan, tetapi pihaknya mengambil sikap yang lebih keras akhir-akhir ini, dengan parlemen menyetujui rancangan undang-undang yang memperketat aturan suaka.

"Apa yang telah Anda lakukan seperti halnya dengan apa yang dilakukan petugas pemadam kebakaran; jika ini sesuai dengan keinginan Anda, Anda dapat bergabung dengan pasukan pemadam kebakaran sehingga Anda dapat melakukan (tindakan semacam itu) setiap hari," katanya.

Adam Thiam, seorang pengamat Mali dan mantan penasihat presidensial mengatakan bahwa tindakan Gassama telah dipuji di negara asalnya.

"Ada kebanggaan besar di sini di Mali," kata Thiam. "Tapi sementara (Gassama) mendapat kehormatan, ada ... warga Mali yang berada di bawah ancaman diusir pemerintah Prancis," tambahnya.

Gassama mengatakan kepada Walikota Paris Anne Hidalgo melalui telepon pada Minggu bahwa ia tiba dari Mali beberapa bulan yang lalu dan ingin tinggal di Prancis.

"Saya menjawab bahwa sikap heroiknya adalah contoh bagi semua warga negara dan bahwa Kota Paris jelas akan tertarik untuk mendukungnya dalam usahanya untuk menetap di Prancis," kata Hidalgo.

Ayah dari anak yang terselamatkan itu ditangkap dan mengatakan kepada polisi bahwa dia telah meninggalkan putranya sendiri untuk pergi berbelanja dan pulang ke rumah lebih lambat dari yang direncanakan karena dia bermain "Pokemon Go", sebuah permainan realitas yang disempurnakan, di ponsel pintar miliknya.

"Perilakunya merupakan pelanggaran, kegagalan dalam melaksanakan tanggung jawab orang tua, yang membawa kemungkinan hukuman dua tahun penjara," kata Molins.

Gassama sedang ditawarkan pekerjaan pelayanan masyarakat di layanan darurat Paris untuk jangka waktu pendek. Sebuah laman web resmi mengatakan pekerjaan itu bergaji sekitar 480 euro (558 dolar Amerika Serikat) per bulan untuk jangka waktu 11 bulan.

(KR-DVI/O001)

Pewarta: -
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018