Yerusalem (ANTARA News) - Buku pelajaran sejarah bagi siswa Israel Arab, mulai tahun ini akan menampilkan versi Palestina yang menyebut kelahiran Israel sebagai "malapetaka". "Untuk peristiwa-peristiwa seperti ini, baik versi Israel maupun Palestina harus ditampilkan," kata Menteri Pendidikan Israel Yuli Tamir dalam suatu pernyataan seperti dikutip AFP. Buku itu menampilkan interpretasi Israel atas perang Arab-Israel 1948 dan versi "yang secara umum diterima warga Arab, yaitu perang tersebut dipandang sebagai malapetaka (Naqba) oleh warga Palestina," kata Tamir. Buku itu juga untuk pertama kalinya mengemukakan bahwa "sebagian warga Palestina terusir menyusul perang itu dan banyak terjadi penyitaan terhadap tanah yang dimiliki warga Arab," ungkap pernyataan itu. Buku tersebut juga mengemukakan para pemimpin Palestina menolak rencana Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1947 untuk membagi wilayah Palestina menjadi negara Israel dan Palestina. Di sisi lain, para pemimpin Yahudi setuju dengan usul pembagian Palestina yang ketika itu berada dalam kekuasaan Inggris. Beberapa buku sejarah sekuler Israel telah bertahun-tahun memuat versi Palestina atas peristiwa 1948, tetapi buku pelajaran bagi siswa Israel keturunan Arab tidak memuat versi itu dan mereka mendapatkan panjang lebar mengenai hal tersebut di rumah. Prakarsa kementerian tersebut segera dikutuk para politisi sayap kanan Israel. Avigdor Lieberman, Menteri Urusan Strategis Israel yang juga Ketua partai ultra-nasionalis Yisrael Beitenu, dalam siaran radio tentara mencela apa yang dia sebut "masokisme dan sikap menyerah para Israel gologan kiri, yang terus menerus minta maaf atas apa yang harus kita lakukan." Mantan Menteri Pendidikan Limor Livnat dari partai oposisi sayap kanan, Likud, mengatakan, pemuatan versi Palestina itu bisa "mendorong kaum muda Arab menyimpulkan bahwa mereka harus melawan pendudukan Israel." Warga Israel Arab yang jumlahnya 20 persen dari penduduk negara itu, berasal dari 160 ribu warga Palestina yang tetap berada di Israel menyusul perang pada 1948. Saudara sebangsa mereka meninggalkan atau tergusur dari Palestina. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007