Solo (ANTARA News) - Pimpinan Pusat Majelis Tafsir Al Quran (MTA) Surakarta Ustadz Ahmad Sukina mengatakan aksi teror bom bunuh diri di sejumlah tempat di Surabaya Jawa Timur dan beberapa tempat lainnya di Indonesia tidak mencerminkan ajaran Islam.

"Para pelaku terorisme jauh dari ajaran Islam, sehingga kami menyesalkan dan mengutuk keras aksi teror itu," katanya di Solo, Jateng, Jumat.

Menurut dia, Islam mengajarkan kasih sayang, bukan kekerasan. Meskipun, pelaku aksi teror orang beragama Islam, perbuatannya tidak mencerminkan ajaran Islam.

Setelah melihat berita tentang sejumlah teror di Indonesia, seperti di Mako Brimob Jakarta, di tiga gereja di Surabaya, rumah susun di Sidoarjo, dan Markas Polrestabes Surabaya, serta penyerangan di Mapolda Riau, ia menyatakan prihatin.

Ia menyatakan bahwa pihaknya mengutuk keras aksi tersebut.

Sukina menyatakan turut berbelasungkawa terhadap para korban, baik dari aparat kepolisian yang gugur maupun masyarakat sipil dalam aksi teror itu.

"Kami juga terus mendukung aparat kepolisian untuk mengusut tuntas aksi terorisme itu," katanya.

Ia juga mengimbau seluruh umat Islam di Indonesia tetap tenang dan tidak terprovokasi aksi teror tersebut.

Masyarakat, katanya, diminta tidak mengaitkan kejadian teror dengan agama Islam, karena aksi teror itu untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Wakil Kepala Polres Kota Surakarta AKBP Andy Rifai mengatakan setelah teror bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, pihaknya juga telah meningkatkan pengamanan di berbagai tempat ibadah di Solo.

"Kami didukung personel TNI memperketat pengamanan di tempat ibadah, khususnya gereja-gereja di Solo. Kami bersinergi dengan TNI mengantisipasi aksi teror," katanya.

Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018