Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah pada Jumat sore di Kantor Pusat Nahdlatul Ulama, melakukan pertemuan untuk mempererat tali persaudaraan.

"Sebenarnya sejak dulu NU dan Muhammadiya sudah sering melakukan pertemuan seperti ini. Kali ini kami bertemu untuk mempererat silaturahmi untuk menghadapi tantangan masa kini," kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj.

Kedua tokoh sentral organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut juga melakukan dialog kebangsaan diantaranya mereka berkomitmen untuk melawan berita palsu atau hoax.

Said Aqil mengatakan pada era IT saat ini berita palsu atau hoax menjadi tantangan tersendiri, melalui media sosial orang dengan gampang menyebarkan berita palsu dan fitnah, kemudian terjadilah adu domba.

Ketua Umum PP Muhammadiya Haedar Nasir mengatakan pertemuan tersebut penuh kekeluargaan dan keduanya melakukan dialog yang bernas dan mencerahkan. Keduanya juga melakukan dialog tentang tantangan di tahun politik

"Jadi pada tahun politik ini dan ke depan politik akan dinamis, kami percaya para elit dan warga bangsa Indonesia akan mengelola dinamika politik dengan baik karena kita punya pengalaman sejarah yang cukup matang," kata Haedar Nashir.

NU dan Muhammadiyah percaya bangsa Indonesia akan tetap ada karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang beriman dan bertaqwa.

"Selama bangsa ini bertaqwa maka akan dijaga Allah," kata Haedar Nashir.

Mereka berharap pemilihan umum kali ini tidak hanya pesta politik belaka namun memiliki nilai moral yang dapat membawa masyarakat Indonesia kepada kemajuan, kesejahteraan dan keadilan sosial.

Baca juga: PBNU: Ulama wajib serukan persatuan

Baca juga: Muhammadiyah tetapkan awal puasa 17 Mei



 
Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nasir (ANTARA /Embong Salampessy)

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018