... sudah (panggil). Kami minta BRI percepat migrasi ke chip...
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia meminta PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk dan juga bank penerbit kartu ATM/Debit lainnya untuk mempercepat migrasi kartu ATM/Debit dari teknologi pita magnetik (magnetic stripe) ke teknologi chip karena memiliki standar keamanan lebih tinggi.

Deputi Gubernur Bank Indonesia, Erwin Rijanto, di Jakarta, Jumat, mengatakan kasus skimming data nasabah BRI melalui kartu debit di Kediri, Jawa Timur, harus menjadi pelajaran bahwa industri perbankan perlu terus memutakhirkan standar teknologi keamanan dalam layanan sistem pembayaran.

"Kami sudah (panggil). Kami minta BRI percepat migrasi ke chip," kata dia.

Dia mengatakan berdasarkan keterangan BRI, kasus skimming itu terjadi pada nasabah Simpedes BRI yang menggunakan kartu debit dengan ketentuan saldo di bawah Rp5 juta. Kartu debit dengan saldo itu memang masih diperbolehkan menggunakan pita magnetik.

"BRI berkomitmen untuk selesaikan masalah itu. Bank Indonesia peduli dengan kasus di sistem pembayaran ini," ujar dia.

Baca juga: https://www.antaranews.com/berita/693471/bi-panggil-pimpinan-bri-terkait-kasus-skimming

Kartu ATM atau kartu ATM yang disertai kartu debit dengan pita magnetik memang kerap dinilai rentan kejahatan skimming.

Kasus skimming ini juga menjadi masalah sistem pembayaran di industri keuangan global. Solusi muncul dengan teknologi chip yang lebih sulit digandakan. Hal ini sudah diterapkan pada kartu kredit. Namun, penerapan teknologi chip memerlukan biaya investasi yang lebih mahal dibandingkan pita magnetik.

Bank Sentral sebenarnya melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/52/DKSP telah mewajibkan untuk kartu debit yang baru diterbitkan sejak 30 Juni 2017 wajib dilengkapi standar nasional chip.

Baca juga: https://www.antaranews.com/berita/693014/pembobolan-rekening-nasabah-bri-jatim-87-orang-melapor-ke-polisi

Sedangkan untuk kartu ATM dan debit yang sudah beredar di masyarakat ditargetkan selambat-lambatnya pada 31 Desember 2018, minimal 30 persen dari total kartu ATM dan debit sudah menggunakan chip dan PIN online enam digit.

Baru pada 31 Desember 2021, sebanyak 100 persen kartu ATM dan atau kartu Debit yang beredar telah menggunakan teknologi chip dan PIN online enam digit.

Ganti rugi nasabah
BRI mengaku telah mengganti dana sebesar Rp145 juta kepada 33 nasabah yang melaporkan kehilangan uang di kantor cabang Kediri, Jawa Timur. Direktur Konsumer BRI, Handayani, menjamin akan mengganti dana nasabah jika terbuki dana itu hilang karena skimming.

Saat ini proses ganti rugi seluruh nasabah BRI di Kediri Jawa Timur sudah selesai. Untuk mengantisipasi kejadian seperti ini terulang kembali, BRI akan melakukan beberapa langkah untuk mengamankan data nasabah baik dari sisi teknologi maupun kebijakan.

Baca juga: https://www.antaranews.com/berita/693298/bri-janji-ganti-dana-nasabah-korban-skimming

BRI juga mengimbau nasabah untuk berpartisipasi menjaga keamanan dengan mengganti pin secara berkala.

Direktur Perbankan Digital dan Teknologi Informasi BRI, Indra Utoyo, mengakui memang kejahatan perbankan berinovasi terus-menerus. "Ketika kami meningkatkan teknologi, penjahat berusaha mengeluarkan inovasi lebih baru," kata dia.

Dia mengatakan, BRI --satu-satunya bank yang memiliki satelit-- telah memasang teknologi antifraud yang bisa mendeteksi jika terjadi sesuatu dengan bank atau nasabah. Selain itu, BRI juga mempunyai fitur di perbankan bergerak yang bisa menonaktifkan kartu untuk transaksi.

Pewarta: Indra Pribadi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018