Jakarta (ANTARA News) - Pesawat Garuda Indonesia GA 825 (SIN-CGK) yang membawa Novel Baswedan, istri Novel Rina Emilda, anak bungsunya Umar, serta tim KPK dan perwakilan kuasa hukumnya mendarat mulus di bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten pada Kamis (22/2) sekitar pukul 11.07 WIB.

Di garbarata pesawat, Novel dan rombongan dijemput oleh Wakil Ketua KPK Laode M Syarif, Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono, Kepala Biro Umum KPK Syarief Hidayat dan tim lainnya. Sambil berbincang ringan, rombongan menuju "loading dock" terminal 3 Bandara Soetta.

Ternyata di sana sudah menunggu empat anak perempuan Novel yang bersekolah di pesantren. Mereka seharusnya mengikuti ujian tapi menyempatkan diri untuk menjemput sang abi di bandara. Novel langsung menghampiri putri-putrinya yang tidak bisa sering ia lihat sejak harus berobat di Singapura. Keempat putrinya segera mencium tangan sang abi tercinta.

Penyidik KPK Novel Baswedan disambut empat anak perempuannya saat tiba dari Singapura di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/2). (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww)

Reuni yang penuh kehangatan itu tidak bisa lama-lama. Novel harus segera bergegas ke Gedung KPK, di sana ratusan pegawai KPK dan aktivis sudah menantinya.

Novel dibawa mobil yang disediakan KPK. Total ada lima mobil pengiring dan diikuti oleh mobil stasiun televisi yang memang sudah menunggu kedatangan Novel.

Sesampainya di gedung Merah Putih KPK, Novel terlebih dulu melaksanakan Shalat Dzuhur di mushola yang terletak di bagian belakang gedung bersama dengan para pegawai KPK. Ia menjadi imam dalam shalat tersebut.

Para pegawai KPK yang berkesempatan menemui Novel di mushola pun menyambut Novel dengan penuh rangkulan dan kehangatan.

Novel selanjutnya dibawa ke lobi KPK, tempat ia ditunggu oleh media massa yang banyak sekali ditambah dengan para pegawai KPK yang sebagian mengenakan kemeja putih. Warna putih disepakati sebagai warna penyambut Novel.

Tidak ketinggalan para aktivis antikorupsi dan kelompok musik Efek Rumah Kaca (ERK) yang mengenakaan kaos bergambar kartun Novel karya "The Popo" juga hadir menanti kepulangan Novel ke kantornya setelah 10 bulan dan 11 hari tidak ditengok.

Keluar dari mobil, Novel tampak berjalan santai didampingi oleh Wakil Ketua Wadah Pegawai KPK Harun Al Rasyid dan Laode M Syarif. Novel memilih mengenakan jaket hitam, kaos berkerah warna putih dan celana biru.

Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan (tengah) didampingi Wakil Ketua KPK Laode M Syarif (kanan) dan Wakil Ketua Wadah Pegawai (WP) KPK Harun Al Rasyid (kiri) tiba di gedung KPK, Jakarta, Kamis (22/2/2018). (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Di lobi KPK, ia bersalaman dengan Kabiro Hukum KPK Setiadi, tapi pelukan pertama Novel dibenamkan oleh mantan Ketua KPK Abraham Samad yang menyambut Novel dengan senyuman. Pelukan selanjutnya disampaikan oleh penyidik senior KPK Christian, sedangkan kesempatan rangkulan-rangkulan selanjutnya diberikan oleh rekan-rekan Novel di KPK dan aktivis antikorupsi.

Laode M Syarif lalu sedikit menginstruksikan Novel untuk menyapa rekan-rekan media. Novel pun memutar badannya, melambaikan tangan dan melempar senyum. Ia memang tampak ceria hari itu.

Kemudian, selama sekitar 20 menit berturut-turut beberapa orang menyampaikan pernyataan untuk menyambut Novel. Kesempatan pertama diberikan kepada Laode M Syarif yang menyampaikan bahwa kondisi Novel belum pulih benar dan masih akan menjalani operasi di mata kiri pada akhir Maret.

Laode tidak lupa berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo, Wapres Jusuf Kalla dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang membantu biaya pengobatan Novel serta meminta pihak kepolisian segera menangkap pelaku penyerangan Novel.

Sambutan selanjutnya disampaikan oleh Harun Al Rasyid yang berpesan agar Novel dapat mengaktur waktu dengan baik dan bijak bergaul karena ada kemungkinan orang-orang yang menumpang ketenaran Novel, padahal Novel bukanlah selebriti.

Abraham Samad sebagai pembicara selanjutnya kembali menegaskan pentingnya Presiden Joko Widodo membantuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menemukan pelaku sebenarnya Novel Baswedan. Pernyataan itu didukung oleh pengacara Novel, Saor Siagian serta perwakilan aktivis antikorupsi yang menyerahkan petisi dukungan 65 ribu orang agar Presiden membentuk TGPF.

Sedangkan perwakilan jurnalis yang bertugas di KPK, Desca dari LKBN Antara juga memberikan dukungan dengan menyebutkan bahwa "kerja keras itu tidak akan pernah mengkhianati hasil".

Novel menanggapi sambutan itu dengan ucapan terima kasih kepada presiden, wapres, pimpinan KPK, pegawai KPK, para aktivis antikorupsi serta media yang sudah mendukungnya selama masa pengobatan.

"Bagi saya yang terjadi pada diri saya, penyerangan terhadap diri saya, saya tidak ingin menjadikan hal ini menjadi kelemahan tetapi tentu saya ingin menularkan semangat yang sama sehingga kita bisa semakin berani, semakin sungguh-sungguh, dalam rangka melakukan tugas-tugas pemberantasan korupsi," kata Novel.


Keakraban di perpustakaan

Setelah rangkaian kata sambutan, Novel lalu masuk ke "lobi" dalam gedung KPK. Di sana sudah menunggu puluhan pegawai KPK lain yang ingin bersalaman bahkan berfoto bersama dengan Novel, silaturahim itu terjadi sekitar 10 menit.

Novel dan keluarganya lalu dibawa ke perpustakaan KPK untuk bercengkrama dengan rekan-rekannya dengan lebih privat. Mereka antara lain adalah mantan pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, Laode M Syarif, bekas Ketua WP KPK Nanang Farid Syam, Jubir KPK Febri Diansyah, Harun Al Rasyid, Giri Suprapdiono, Sekjen WP KPK Aulia Postiera, para aktivis antikorupsi seperti Usman Hamid, Donal Fariz, Pemimpin Redaksi Tempo Budi Setyarso serta tentu saja keluarga Novel yaitu istri, ibu dan anak-anaknya.

Tidak ada pembicaraan serius apalagi soal kasus di sana, tapi lebih pertanyaan tukar kabar untuk melepas kerinduan karena bagi beberapa orang, mereka sudah tidak bertemu Novel lebih dari 10 bulan.

Nasi kotak yang sudah disediakan bahkan tak sempat disentuh, karena kesibukan ramah- tamah itu, tapi memang Novel pun sedang menjalani ibadah puasa.

Saat bercengkrama itu, rekan-rekannya baru tahu bahwa penglihatan Novel masih berkabut sehingga saat Novel disambut oleh ratusan massa di depan gedung, ia hanya melihat keramaian saja dan tidak bisa membedakan wajah orang per orang.

"Wajah orang itu dia tidak melihat, tapi saya ingat suaranya saja, kata Novel. Jadi kalau ada yang memanggil saya 'ooh saya tahu itu uda Nanang, ooh ini Usman', jadi kalau tidak menegur saya tidak tahu siapa itu, tapi saya positive thinking saja," kata Nanang menceritakan percakapan singkatnya dengan Novel.

Novel juga tidak sempat naik ke atas untuk melihat meja kerjanya, karena ia mengejar untuk segera bisa sampai ke rumah untuk menunaikan Sholat Ashar di Masjid Al-Ihsan, dekat rumahnya. Sekitar pukul 14.30 WIB Novel pun meninggalkan KPK untuk pulang ke rumahnya.

Memang harus diakui bahwa keakraban itu ada yang kurang karena empat pimpinan tidak ikut menyambut Novel karena harus menjalankan tugas yaitu Agus Rahardjo pergi ke Semarang, Basaria Panjaitan ada di Manado, Saut Situmorang bertugas di Kupang dan Alexander Marwata harus memimpin rapat di kantor KPK.

Tidak tampak terlihat juga atasan Novel, Direktur Penyidikan KPK Aris Budiman yang sebelumnya sempat berkonflik dengan Novel.

Penyidik KPK Novel Baswedan (kanan) saat ditemui Tim ANTARA di salah satu rumah sakit di Singapura, Kamis (17/8/2017), sesaat sebelum menjalani operasi mata sebelah kirinya. (ANTARA FOTO/Desca Lidya)

Menurut Juru Bicara KPK Febri Diansyah, sewa apartemen Novel di Singapura memang habis pada 22 Februari 2018.

"Dokter kemarin mengatakan sudah bisa kembali ke Indonesia karena kalau tetap di Singapura, dalam waktu dua bulan ke depan pemeriksaan cuma satu-dua kali, itu tentu membebani. Nah Novel tidak mau keberadaannya di Singapura membawa beban lebih," kata Febri.

Febri pun pun memastikan bahwa posisi Novel hingga saat ini masih menjadi penyidik yang menjabat sebagai Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) di Direktorat Penyidikan.

"Memang tidak ada perubahan, bahkan rencana perubahan pun tidak ada, jadi posisi Novel di Direktorat Penyidikan masih kasatgas dan sudah disepakati berdasarkan mekanisme yang ada," ungkap Febri.

Sedangkan mengenai masalah keamanan Novel selanjutnya di Jakarta, Febri pun mengatakan bahwa KPK sudah memperhitungkan mitigasi risiko yang akan dilaksanakan semaksimal mungkin.

"Yang terpenting adalah kami juga menerima informasi dari lingkungan disekitar rumah Novel bahwa masyarakat juga menunggu kedatangan Novel di sana dan tentu saja akan berupaya semaksimal mungkin untuk menjaga bersama-sama," ungkap Novel.

Tak kalah penting juga adalah untuk tetap terus mencari pelaku penyerangan Novel Baswedan sehingga kejadian itu tidak akan menjadi preseden buruk pada masa yang akan datang.

Karena itu perlu kerja keras dan kerja bersama untuk tetap mengerjakan pekerjaan pemberantasan korupsi meski ada risiko penyerangan untuk pekerjaan itu, tapi yakinlah kerja keras tidak akan pernah mengkhianati hasil, mereka yang tidak bekerja keraslah yang mengkhianati dirinya sendiri.

Selamat datang (kembali) bang Novel Baswedan!

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2018