Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menyatakan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) tetap diperlukan meskipun Polda Metro Jaya baru merilis dua sketsa wajah yang diduga terlibat dalam penyerangan terhadap Novel Baswedan.

"Kalau menurut saya itu langkah yang positif juga yang harus bisa di respons secara positif. Tetapi terlepas dari itu menurut saya TGPF itu juga menjadi pilihan yang bisa kita harapkan untuk mempercepat kasus ini," kata Samad di gedung KPK, Jakarta, Senin.

Menurut Samad, fungsi TGPF nantinya bisa membantu pihak Kepolisian mempercepat penyelesaian kasus penyerangan Novel yang terjadi 11 April 2017 itu.

"Oleh karena itu, menurut saya supaya bisa lebih cepat karena kalau lama lagi tidak ditemukan saya khawatir nanti pegawai KPK ada lagi yang tertimpa musibah seperti Novel," ungkap Samad.

Bahkan, kata dia, tidak menutup kemungkinan pimpinan KPK saat ini bisa mengalami hal yang sama seperti Novel Baswedan jika pelaku penyerangan tidak ditemukan.

"Oleh karena itu perlu dibantu, siapa yang membantu kepolisian bisa bekerja sama dengan kepolisian, TGPF. Itu solusi menurut saya," ujarnya.

Sementara terkait permintaan resmi Polda Metro Jaya yang mengajak penyidik KPK bisa bekerja sama dengan penyidik Polda Metro Jaya untuk pengusutan kasus Novel, ia pun menyambut positif langkah itu.

"Saya pikir itu masalah yang positif juga yang bisa menjadi salah satu pilihan ya bagi penyelesaian untuk mengungkap kasus Novel," ujar Samad.

Kepolisian Daerah Metro Jaya telah merilis dua sketsa wajah orang yang diduga terlibat dalam penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dengan menggunakan air keras pada 11 April 2017 lalu.

"Dari hasil keterangan saksi sudah mengarah 90 persen. Bahwa dua gambar itu diduga terlibat penyiraman saudara Novel," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Idham Azis saat konferensi pers di gedung KPK, Jakarta, Jumat (24/11).

Pihaknya pun sudah membentuk tim penyelidikan dan penyedikan dengan jumlah 167 orang lintas Polres, Polda, dan penyidik Mabes Polri.

"Kami juga dibantu Australian Federal Police. Kemudian kami juga dibantu oleh Pusnafis Mabes Polri karena beberapa CCTV yang ada di TKP yang kami kumpulkan membutuhkan kerja sama dengan pihak luar negeri," kata Idham.

Adapun pada skesta pertama yang ditampilkan kepada awak media pada saat konferensi pers itu, orang yang diduga terlibat penyerangan Novel itu merupakan pria dengan kulit gelap dan rambut pendek.

Kemudian pada sketsa kedua terlihat seorang pria dengan kulit putih dan rambut panjang.

Idham pun menyatakan dua sketsa wajah yang diduga terlibat penyerangan Novel itu itu didapat dari informasi dua saksi.

`Yang pertama, ini informasi yang kita dapat dari saksi S. Yang kedua, ini dapat dari saksi SN," ungkap Idham.

Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai sholat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya.

Mata Novel pun mengalami kerusakan sehingga ia harus menjalani perawatan di Singapura sejak 12 April 2017.

Novel adalah salah satu penyidik senior KPK yang antara lain menangani kasus korupsi dalam pengadaan KTP-elektronik (KTP-e).

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017