Semarang (ANTARA News) - Presiden Direktur PT Charoen Pokphand Indonesia Thomas Effendy mendorong para peternak unggas, khususnya ayam menggunakan sistem kandang tertutup untuk mengoptimalkan hasil ternak.

"Sebagian besar peternak di Indonesia masih menggunakan kandang terbuka. Padahal, tidak efisien," katanya, saat menyampaikan pidato ilmiahnya atas gelar kehormatan doktor honoris causa (HC), di Semarang, Kamis.

Jebolan Master of Business Administration dari The University of City of Manila, Filipina, itu dianugerahi gelar doktor HC dalam bidang ilmu sosial ekonomi peternakan dari Universitas Diponegoro Semarang (Undip).

Thomas menjelaskan pola peternakan di negara-negara maju sudah 100 persen menggunakan sistem kandang tertutup, sementara para peternak di Indonesia yang sudah menggunakan sistem "closed house" baru sekitar 20 persen.

"Pola pemeliharaan ternak ini bukan soal budaya. Para peternak di Indonesia masih dalam masa transisi dari sistem kandang terbuka menjadi tertutup. Kendalanya, sebenarnya modal karena `close housed` memerlukan biaya," katanya.

Dari CPI, kata dia, selama ini sudah memiliki program Bedah Kandang yang sudah berjalan di beberapa daerah yang diharapkan bisa membantu para peternak yang selama ini masih mengandalkan sistem tradisional menjadi lebih modern.

Dukungan permodalan dari perbankan, diakuinya sangat penting untuk membantu para peternak membiayai perubahan sistem pemeliharaan unggasnya menjadi kandang tertutup sehingga proses transformasi bisa berjalan lebih cepat.

Pria kelahiran Palembang, 30 Januari 1958 itu mengatakan untuk menuju perubahan pasti membutuhkan tahapan-tahapan sehingga CPI membantu peternak plasma yang menjadi mitranya untuk sedikit demi sedikit menyempurnakan sistem kandang tertutup.

"Biasanya, peternak ayam kebanyakan menggunakan kandang model panggung. Jadi, hanya satu lantai di atas yang dipakai. Kami beri masukan mereka untuk memberi sekat di bawah dengan ditutup terpal sehingga kapasitasnya bertambah dua kali lipat," katanya.

Setelah itu, kata dia, dilengkapi dengan ventilasi cukup, kemudian memperbarui alat makan dan minum ternak hingga pemasangan alat pendingin sehingga semakin lama para peternak plasma bisa menerapkan "closed house" secara permanen.

"Secara bertahap memang. Kami bantu peternak mendapatkan untung, keuntungannya bisa dibuat kandang semi tertutup. Berikutnya, jika keuntungannya lebih dijadikan 3/4 `closed house`, baru setelah mapan `closed house full` atau permanen," kata Thomas.

Sementara itu, Rektor Undip Prof Yos Johan Utama mengatakan Thomas selama ini sudah dikenal keilmuannya di bidang peternakan dengan berbagai inovasi yang diterapkan di industri pakan ternak dan pengolahan daging ayam itu.

"Selama ini sejarah pemberian gelar kehormatan, termasuk doktor HC Undip selalu terjaga kualitasnya dengan baik. Sebab, tata cara dan prosedurnya sangat ketat. Jadi, tidak sembarangan diberikan," kata Guru Besar Fakultas Hukum Undip itu.

Tidak hanya diuji secara kualitas keilmuan yang sudah sedemikian ketat, mulai tim fakultas, senat akademik, dan dewan guru besar, kata dia, calon penerima gelar kehormatan Undip juga dilihat rekam jejak sehingga secara "attitude" terjaga.

"Beliau (Thomas, red.) berperan ikut mengembangkan peternakan di Indonesia, mulai ketersediaan pakan, vaksin, hingga manajemen. Kewajiban bagi Undip memberikan penghargaan keilmuan kepada orang yang berhak," kata Yos.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017