Sekarang saya ikut menjalankan bisnis keluarga."
Pangkalan Kerinci (ANTARA News) - Pebalap ternama Indonesia Rio Haryanto mengaku sempat ingin menyerah dalam menyelesaikan pendidikannya dan karirnya di dunia balap.

"Saya sekolah dasar (SD) di Solo, kemudian SMP dan SMA di Singapura. Kemudian kuliah ambil manajemen bisnis di Singapura. Sempat kesulitan membagi jadwal kuliah karena dalam seminggu ada dua kali saya balapan. Begitu selesai balapan langsung kuliah. Sempat terpikir untuk menyerah, saya takut gagal kedua-duanya. Beruntung, keluarga memberikan motivasi sehingga saya berhasil menyelesaikan kuliah," ujar Rio dalam pertemuan penerima beasiswa Tanoto Foundation di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau, Rabu.

Ia menjelaskan karir balapnya dimulai sejak berumur enam tahun. Menurut dia, umur segitu merupakan umur yang tepat untuk memulai karir balapnya.

"Saya memang suka kecepatan, adrenalin dan juga kompetisi. Semua itu saya dapatkan di balapan," kata dia.

Rio mengaku banyak belajar dari balapan seperti disiplin karena kompetisinya yang sangat ketat. Juga belajar untuk terus meningkatkan kemampuan dan terus berlatih.

"Latihannya sangat keras dan tidak boleh menyerah, yang paling penting adalah disiplin dan keteguhan dalam meraih cita-cita."

Disinggung mengenai apa yang penting dilakukan, Rio mengatakan bahwa yang terpenting adalah persiapan. Kalau persiapan matang, maka semuanya akan berjalan lancar.

Setelah tak lagi di Formula One, saat ini Rio juga terlibat dalam perusahaan keluarganya yakni di PT Solo Murni yang merupakan produsen buku tulis Kiky.

"Sekarang saya ikut menjalankan bisnis keluarga."

Menurutnya untuk menjadi pebalap di Formula One, tidak hanya membutuhkan kemampuan namun juga dukungan. Secara kualifikasi, Rio mengaku memenuhi namun juga dukungan.

Dalam kesempatan itu, Rio meminta agar generasi muda untuk tidak menyerah dalam mencapai cita-cita. Dia menambahkan perlu untuk memberikan kesempatan pada generasi muda untuk tampil, karena yang paling berharga adalah kesempatan itu sendiri.

Pewarta: Indriani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017